"Lembaga demografi Universitas Indonesia mempunyai studi tersendiri tentang penghasilan para petani tembakau. Hasilnya keuntungan petani dari menanam tembakau itu sebenarnya cukup rendah," kata Ketua PP Muhammadiyah, Sudibyo Markus, saat dihubungi detikcom, Sabtu (13/3/2010).
Menurut Sudibyo, untuk sampai ke pabrik rokok, hasil panen tembakau para petani itu juga harus melalui jalan berliku. Terlebih, serbuan tembakau impor cukup besar, sehingga membuat daya tawar tembakau dalam negeri rendah.
Dikatakan dia, dalam rangka kampanye antirokok, Muhammadiyah berusaha untuk membuat program alih usaha bagi para petani tembakau, terutama di daerah produsen tembakau semisal Kendal, Temanggung, dan Klaten, Jawa Tengah. Para petani itu dibina untuk menanam komiditi lain seperti kentang dan cabe.
Hasilnya, menurut Sudibyo, kesejahteraan petani lebih bagus. Namun, baru sebagian kecil saja petani tembakau di daerah itu yang berminat untuk mengalihkan jenis tanaman yang ditanam. Mereka masih dipengaruhi oleh para pebisnis rokok.
"Muhammadiyah lebih banyak bergerak pada sisi hilir, artinya pada petani. Kalau untuk industri rokok itu menjadi kewenangan kementrian perindustrian, dan kementerian tenaga kerja," tutupnya.
0 comments:
Posting Komentar