LEIDEN (Berita SuaraMedia) - Peneliti menemukan hidup sampai usia 100 tahun tidak berkaitan dengan gaya hidup, namun tergantung pada tipe gen asalkan memiliki DNA yang tepat.
Penelitian pada gen orang-orang yang hidup lebih dari seratus tahun dan keluarga mereka, ditemukan terjadi sedikit mutasi yang dipercaya para ilmuwan memberikan proteksi tambahan untuk melawan penyakit di umur tua.
Hal itu sama seperti proteksi dalam melawan efek dari gaya hidup yang tidak sehat di mana dipercaya dapat membunuh manusia lebih awal.
Eline Slagboom dari Leiden University yang memimpin studi ini pada 300 orang berusia sangat tua di Belanda baru-baru ini menerbitkan studi yang menunjukkan bagaimana fisiologi orang dari keluarga yang hidup lebih lama memiliki perbedaan dari individu normal.
"Orang yang hidup di usia tua memiliki metabolisme lemak dan glukosa yang berbeda, kulit mereka bertambah umur begitu lambat dan mereka memiliki prevalensi rendah mengenai penyakit jantung, diabetes, darah tinggi. Faktor ini semua berada di bawah kontrol genetis yang kuat, sehingga kita dapat melihat di fitur yang sangat sama dari anak para orang yang sangat tua."
Gen bernama Methuselah tersebut, nama seorang tokoh Alkitab yang hidup hingga usia 969 tahun, diduga mengandung gen ADIPOQ, semacam gen protein yang ditemukan pada sekitar 10 persen orang muda, tetapi juga ditemukan pada hampir 30 persen orang yang melampaui usia 100 tahun.
Gen CETP dan gen ApoC3 ditemukan pada 10 persen orang muda, tetapi juga ditemukan di sekitar 20 persen orang lanjut usia, antara 90 hingga 100 tahun.
Menurut para ilmuwan di universitas tertua di Belanda tersebut, manusia beruntung yang membawa gen "Methuselah" di dalam tubuhnya memiliki peluang hidup hingga 100 tahun meski menerapkan gaya hidup tidak sehat.
Seperti diberitakan dari Times Online, gen tersebut melindungi manusia dari efek rokok dan pola makan buruk, serta menunda serangan penyakit-penyakit terkait usia, seperti kanker dan penyakit jantung hingga tiga dekade.
Diharapkan penemuan ini akan memungkinkan para peneliti untuk menemukan obat antitua di mana akan memperlambat proses penuaan.
Jika ini terjadi, maka obat-obatan dapat menjadi keunggulan para industri farmasi di mana penundaan tanda atau gejala tua begitu digemari di seluruh dunia dan orang-orang rela menghabiskan triliunan rupiah setiap tahunnya.
Dr David Germs, peneliti umur panjang di University College London, percaya bahwa pengobatan ini akan menyebar.
"Jika kita mengetahui gen yang mengontrol lama hidup maka kita dapat menemukan protein apa saja yang dapat membuat dan menargetkan gen ini di dalam obat-obatan. Dan mungkin saja ini dapat digunakan untuk memperlambat penuaan," kata Germs. (ar/inl/vs) www.suaramedia.com
0 comments:
Posting Komentar