Pembahasan kita kali ini dibatasi hanya pada tinta berpendar.
Jenis tinta yang satu ini akan berpendar atau bercahaya bila dilihat dengan mempergunakan lampu ultraviolet, karena itu tinta ini disebut sebagai fluorescent ink. Lampu ultraviolet dapat dibeli di toko2 peralatan listrik dengan harga sekitar 50-100 ribu rupiah. Semua uang kertas modern mempergunakan fluorescent ink sebagai bagian dari pengamannya. Seperti apakah bentuknya? Mari kita lihat pada uang kertas yang masih berlaku saat ini.
Pecahan 1000 rupiah tahun 2000 Tinta pada nomor seri berpendar kekuningan, sedangkan benang pengaman berpendar kemerahan |
Pecahan 2000 rupiah tahun 2009 Pada bagian muka terlihat motif hiasan berwarna kuning dengan benang pengaman juga berwarna kemerahan. Pada bagian belakang terlihat nomor seri berpendar kekuningan. |
Pecahan 5000 rupiah tahun 2001 Pada bagian depan terlihat benang pengaman berwarna kuning hijau saling berganti. Pada bagian belakang selain nomor seri yang kekuningan tampak angka 5000 di sisi kiri atas. |
Pecahan 10000 rupiah tahun 2005 Di bagian depan terlihat motif ukiran berwarna kuning dengan benang pengaman berwarna merah. Di bagian belakang terlihat rumah limas dan angka 10000 berpendar kekuningan |
Pecahan 20000 rupiah tahun 2004 Terlihat benang pengaman beraneka warna, biru, hijau, kuning dan merah. Di bagian belakang terlihat angka 20000 berpendar kehijauan |
Pecahan 50000 rupiah tahun 2005 Motif seperti pita berwarna kekuningan di sisi kiri bagian depan. Penari bali, angka 50000 dan nomor seri yang berpendar di sisi belakang |
Pecahan 100000 rupiah tahun 2004 Disisi belakang tampak peta Indonesia, angka 100000 dan nomor seri yang berpendar hijau kekuningan serta gedung MPR yang berwarna kemerahan di sudut kiri atas..g |
Quote:
Pengaman canggih seperti di atas dapat secara mudah membedakan asli palsunya suatu uang hanya dengan menghadapkannya pada lampu ultraviolet. Bila asli maka akan terlihat seperti pada gambar di atas, bila palsu tentu tidak ada. Mudah bukan? |
Sekarang pertanyaannya adalah: DIMULAI SEJAK KAPANKAH UANG KERTAS KITA MEMPERGUNAKAN TINTA BERPENDAR UNTUK PERTAMA KALINYA? Apakah sejak jaman penjajahan Belanda? Tentu tidak, karena pada jaman tersebut tinta fluorescent dan lampu ultraviolet belum ditemukan. Uang kertas jaman Belanda tidak ada yang mempergunakan tinta berpendar. |
Ternyata..... Setelah diteliti, ternyata uang kertas kita yang mempergunakan tehnik tinta berpendar untuk pertama kalinya adalah seri bunga tahun 1959 yang dicetak oleh Thomas De La Rue. Seperti apa bentuknya bila dilihat di bawah lampu ultraviolet? Mari kita saksikan untuk pertama kalinya gambar uang-uang tersebut. |
Pecahan 5 rupiah 1959 Bunga yang berpendar kekuningan dengan benang pengaman kebiruan di sisi kanan |
Pecahan 10 rupiah 1959 Rangkaian bunga berpendar berwarna orange ke coklatan dan benang pengaman kebiruan |
Pecahan 25 rupiah 1959 Bunga teratai berpendar kecoklatan dan benang pengaman berwarna biru di sisi kanan |
Pecahan 50 rupiah 1959 Bunga matahari yang berwarna keemasan diapit corak kecoklatan di kedua sisinya, benang pengaman masih bersinar kebiruan. |
Pecahan 100 rupiah 1959 Bunga dengan berbagai warna yang indah, merah, kuning dan coklat, perhatikan benang pengaman pindah ke sisi kiri. |
Pecahan 500 rupiah 1959 Warna bunga yang dominan kekuningan, dengan benang pengaman kebiruan di sisi kiri. |
Pecahan 1000 rupiah 1959 Bunga berwarna kuning di bagian bawah kertas disertai benang pengaman di sisi kiri. |
Setelah melihat gambar-gambar indah di atas, maka akan timbul suatu kebanggaan dan kecintaan yang lebih mendalam terhadap uang-uang kuno negara kita. Bayangkan saja tehnik fluorescent baru dipakai secara luas di awal tahun 1970an, itupun masih sederhana, tetapi negara kita sudah memakainya dengan motif yang indah dan warna beraneka macam belasan tahun sebelumnya. Setelah seri bunga 1959, tinta berpendar baru ditemukan pada uang kertas emisi 1975 (pecahan 1000 Diponegoro, 5000 nelayan dan 10000 barong). Itupun hanya berupa angka nominal masing2 uang. Seperti apa bentuknya, akan kita bahas dilain kesempatan. |
0 comments:
Posting Komentar