LOGO KOTA CILACAP DAN MAKNANYA
Penjelasan
Bintang Segi Lima
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah yang berkepribadian Pancasila.
Tugu Pahlawan dengan lidah api diatas gelombang Laut Selatan
Tugu Pahlawan melambangkan perjuangan heroik masyarakat Daerah dimasa Revolusi 1945.
Lidah api menunjukkan hitungan 5, berarti perjuangan yang berdasarkan Pancasila.
Gelombang Laut Selatan dengan lekuk gelombang berjumlah 4 dihubungkan dengan lidah api (5) berarti bahwa perjuangan yang berkobar-kobar sejak Revolusi 45 berdasarkan UUD 45 dan jiwa juang 45.
Kembang Wijayakusuma© haxims.blogspot.com
Merupakan lambang Wahyu Negara pada saat masih berbentuk kerajaan.
Wijayakusuma menjadi nama pengenal khas dan merupakan lambang hidup daerah.
Kembang ini hanya ada dan tumbuh di Cilacap saja (bunga gaib).
Padi dan Kapas
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.
Padi dan Kapas bermakna kegiatan masyarakat di bidang pangan dan sandang.
Jumlah butir padi 17 dan kapas 8, dihubungkan dengan Kembang Wijayakusuma yang berkelopak 4 dan berdaun bunga 5, menunjukkan betapa keramatnya Proklamasi Tujuhbelas Delapan Empatlima.
Ikan Hiu
Ikan Hiu melambangkan Cilacap berada di daerah pantai laut selatan, penghasil ikan, dan sebagian dari masyarakatnya adalah nelayan.
Warna Merah Hati
keberanian, keuletan, kewaspadaan serta melambangkan perjuangan yang gagah berani
Warna Kuning Emas
keluhuran didalam mengemban tugas
Warna Putih
kesucian jiwa
Warna Hitam
ketenangan dan ketabahan
Warna Hijau
kesuburan dan kemakmuran
Warna Biru Laut / Biru Tua© haxims.blogspot.com
Cilacap terletak di pantai selatan, Samudera Indonesia
Seluruh warna menggambarkan kepribadian masyarakat Daerah.
SEJARAH KOTA CILACAP
Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan Surakarta. Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat :
- Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
- Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur
- Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam banten dan Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon. Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal Kabupaten Cilacap disebelah timur dibawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan kepada Kerajaan Cirebon.
© haxims.blogspot.com
Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun 1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang diserahkan kepada Kerajaan Mataram .
Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah Kerajaan Cirebon.
Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah utara Karawang ke Bagelen. Nama-nama yang dilalui dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah Dayeuhluhur dan Limbangan.
Pada Zaman Penjajahan Belanda
Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1, memutuskan :
"Demi kepentingan pelaksanaan pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan Banyumas dan peningkatan pembangunan pe,abuhan Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan berkedudukan di Cilacap".
Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841 Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu afdeling tersendiri yaitu : afdeling Cilacap dengan ibu kota Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan kepala Bestuur Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi Rangga atau Onder Regent. Dengan demikian Pemerintah Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur.
Bagaimanapun pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja.
Adapun batas Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831 adalah sebagai berikut :
Dari muara Sungai Serayu ke hulu menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng. Dari sana menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat). dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah Karesidenan Banyumas menuju ke laut. Dari sana kearah barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu. dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya lebih besar dari pada eks. Kawedanan Kroya , karena waktu itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas. Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.
Pada masa residen Banyumas ke-9 Van de Moore mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29 Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Usul pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial bermakna dua yaitu permohonan persetujuan pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).
Wisata yang bisa anda kunjungi di Cilacap:
teluk penyu:
benteng pendem:
Tak ada salahnya bila kita berwisata sambil belajar sejarah. Selain menyenangkan diri sendiri dengan berlibur, kita juga bisa menambah pengetahuan. Salah satu objek wisata sejarah yang bisa kunjungi adalah Benteng Pendem. Benteng Pendem ini memiliki nama Kusbatterij Op De lantong Te Tjilatjap. Dinamakan seperti itu karena jika dilihat dari udara, Benteng Pendem ini terlihat seperti lidah. Disebut Benteng Pendem karena benteng ini terkubur di dalam tanah. Benteng Pendem terletak di Cilacap, Jawa Tengah. Lokasi benteng ini berada di dalam wilayah wisata pantai Teluk Penyu Cilacap.
Benteng Pendem merupakan benteng peninggalan Belanda. Benteng Pendem ini dibangun pada tahun 1861 sampai 1879 secara bertahap oleh Belanda. Yang menyedihkan, semua bangunan benteng dirancang oleh Belanda dan mempekerjakan orang Indonesia. Namun setelah benteng jadi, orang Indonesia yang membangun benteng ini dibunuh tanpa ada satupun yang tersisa. Benteng ini merupakan benteng pertahanan rahasia milik Belanda, karena itulah para pekerja Indonesia yang membangun benteng dibunuh setelah benteng selesai dibangun. Tidak boleh ada yang mengetahui keberadaan benteng ini kecuali tentara Belanda.
Benteng Pendem ini memiliki banyak ruang seperti barak, ruang amunisi, ruang penjara, ruang senjata, ruang akomodasi, klinik, benteng pertahanan, gudang senjata, dan benteng pengintai. Selain itu terdapat pula terowongan di Benteng Pendem ini yang konon kabarnya tembus hingga Pulau Nusakambangan.
Pada masa penjajahan Belanda, bagian atas benteng ini sengaja ditutup dengan tanah agar tidak terlihat oleh tentara Indonesia. Namun setelah Jepang menjajah Indonesia, Belanda kembali datang ke benteng ini untuk mengambil meriam dan amunisi lalu mengubur benteng ini.
Hingga saat ini baru sekitar 102 ruangan atau 60% dari Benteng Pendem ini yang telah diketahui sedangkan 40% lainnya masih terkubur.
Suasana yang dalam benteng yang cukup tenang, membuat benteng terlihat angker nan kokoh. Berjalan-jalan di dalam Benteng Pendem ini cukup melelahkan karena tempatnya yang luas. Namun dalam lingkungan benteng ini, kita tak hanya melihat benteng saja. Ada rusa-rusa jinak yang di lepas dalam lingkungan benteng. Selain itu ada beberapa pondok untuk beristirahat pengunjung dan taman bermain kecil.
benteng karang bolong:
Benteng Karang Bolong terletak di kaki pantai timur laut Pulau Nusakambangan yang dapat dicapai dalam waktu 20 menit dari Dermaga Wijayapura atau dengan menggunakan perahu compreng sekitar 15 menit dari Pantai Teluk Penyu. Benteng yang terletak di kawasan hutan lindung ini dengan luas 6.000 m2 memiliki 3 benteng utama dimana salah satunya adalah benteng yang bertingkat tiga yang mempunyai ruang rapat besar dan dilengkapi dengan meriam.
Karena terdapat meriam di benteng tersebut menyebabkan Benteng Karangbolong disebut benteng artileri. Luas lahan keseluruhan sekitar 6.000 m2 dan pada dinding dilapisi dengan aspal .
Fungsi Benteng Karang Bolong oleh tentara Belanda sebagai kutup pertahanan guna menangkal serangan musuh yang datang dari laut atau menyerang kapal laut musuh dan sebagai gudang penyimpan rempah rempah milik Belanda. Benteng Karang Bolong tergolong jenis wisata budaya dan daya tarik wisata monumental sebagian besar bangunannya tertutup pohon-pohon besar .
kalo kurang agan-agan tambahin ya...!!??
0 comments:
Posting Komentar