Chrismansyah Rahadi (terlahir sebagai Christian Rahadi) yang populer dengan nama Chrisye adalah salah satu fenomena musik Indonesia di masa 80-an. Bukan hanya di 80-an sebetulnya, dia sudah menggebrak sejak akhir 70-an dan tetap mampu bertahan menampilkan gebrakan2 baru di 90-an bahkan hingga 2000-an. Tapi sesuai konteks blog ini, kita batasi saja pada masa2 emas Chrisye di dekade 80-an.
Paling nggak ada 10 album yang disumbangkan Chrisye selama dekade 80-an ini. Sebagian besar berhasil menorehkan sukses dan menghasilkan banyak lagu-lagu hits yang kayaknya bakalan jadi karya2 yang juga melegenda.
Pria Sederhana Bersuara Emas
Wajahnya polos, wajah tanpa dosa, tapi dipadu dengan rambut gondrong belah tengah mungkin bikin orang yang pertama ngeliat bakal bertanya-tanya, "ini anak band gondrong tapi kok ekspresinya lugu banget yah?". Penampilan sederhana yang tetap ia pertahankan lama sekali hingga ia mulai sakit dan harus menjalani kemoterapi.
Dengan pembawaannya yang tenang ekspresi yang datar tanpa letupan emosi sangat klop dengan suaranya yang halus, bening dan indah. Suara malaikat kata orang. Memang bukan suara penyanyi kelas festival yang powerful dengan teknik vokal yang tinggi (kalo nggak salah Chrisye nggak pernah ikutan festival kan? selain nyanyiin Lilin-lilin Kecil di LCLR), tapi suara Chrisye itu khas dan berkarakter banget. Orang bisa terbius mendengarnya.
Di buku Memoar Musikalnya, diceritakan kalau karakter suara aslinya yang seperti itu baru ia temukan setelah lelah menjadi copycat menjadi penyanyi top 40 yang mengikuti gaya penyanyi2 barat. Ia sadar bahwa sebagai penyanyi pria, ia hanya punya satu hal yang bisa jadi andalan utama, suara. Beruntunglah suaranya memang indah.
Dibesarkan oleh Karya Monumental
Nama Chrisye mekar sejak pertengahan 70-an lewat karya2 besar dan monumental. Bergabung dengan keluarga Nasution di komunitas Gank Pegangsaan, bermain sebagai bassist dan vokalis di band Sabda Nada yang dimodali habis2an oleh Pontjo Sutowo. Dikontrak untuk main di New York selama 2 tahun. Terlibat rekaman pertama kali dalam proyek idealis Guruh Gipsy. Kemudian diminta oleh Prambors untuk menyanyikan salah satu lagu LCLR "Lilin-lilin Kecil" karya James F Sundah yang meskipun bukan lagu juara tapi menjadi lagu paling ngetop. Proyek selanjutnya bersama Eros Djarot dan Yockie Suryoprayogo membuat soundtrack untuk film Badai Pasti Berlalu yang kemudian dijadikan album tersendiri. Semuanya adalah proyek monumental yang langsung mengangkat nama Chrisye bersinar mencorong di akhir 70-an.
Di bawah payung Musica Chrisye mengeluarkan album solo perdananya "Sabda Alam" (1978). Masih dalam balutan musik romantis ala album Badai dengan format pop kreatif yang mulai marak saat itu. Album ini disambut hangat dan menancapkan tonggak yang kokoh bagi Chrisye. Hits dari album ini antara lain "Sabda Alam", "Juwita", "Anak Jalanan", "Kala Sang Surya Tenggelam"... lagu2 yang hebat banget tuh. Album kedua "Percik Pesona"(1979), Chrisye terkena 'sindrom album kedua' tidak mampu mengerahkan kreatifitasnya secara total karena bayang2 suksesnya album pertama. Album keduapun jeblok.
Mencari Jati Diri
Kiprah Chrisye di 80-an diawali dengan meledaknya album "Puspa Indah Taman Hati" (1980) yang digarap secara serius oleh Guruh Soekarno Putra. Album ini meledak setelah dijadikan soundtrack untuk film sukses "Gita Cinta dari SMA" dengan lagu andalannya "Galih & Ratna". Di film itu Chrisye sempat ikutan tampil sebagai penyanyi.
Lagu "Galih & Ratna" itu juga yang seingatku menjadi perkenalan pertamaku dengan lagu2 Chrisye. Bersamaan dengan merebaknya trend Swara Maharddhika dimana mana, lagu itu bisa dibilang jadi lagu wajib pengiring tarian2 anak muda pada masanya. Pernah ikut2an juga sih, waktu SD dulu :"> Sudah latihan sekian lama, akhirnya gagal mentas karena ketidakcocokan antar personel... halah
Selanjutnya?... Chrisye dipaksa main film.. hehehe maksa bener. Orang Chrisye tampangnya satu ekspresi gitu kok diajak maen film. Di film "Seindah Rembulan" yang dibintangi banyak penyanyi, Chrisye didapuk menjadi pacar Lidya Kandau. Kegagapannya dalam berakting dan ritme kerja film yang molor2, bikin Chrisye nggak krasan. Pada hari kesepuluh dia cabut dari produksi film itu... Dan Chrisye tidak pernah berani nonton film itu ... hihihi
Album selanjutnya "Pantulan Cita" (1981) digarap oleh Yockie Suryoprayogo. Yockie yang terlalu cenderung ke art rock, sementara warna suara Chrisye berada di jalur pop, belum bisa nyambung menghasilkan karya terbaik. Tidak ada hits yang mendobrak di album ini.
Tahun 1982 adalah tonggak buat kehidupan Chrisye, karena pada tahun itu dia menjadi mualaf dan menikahi Yanti Noor. Yanti Noor adalah anggota keluarga Noor Bersaudara, yang tentunya sangat memahami dinamika kehidupan seorang pemusik. Bisa diajak sepiring berdua lah
Trio Eros-Chrisye-Yockie
Kembalinya Eros Djarot dari Jerman di tahun 1983, membuahkan album reuni untuk mengulang kesuksesan album Badai. Bertiga dengan Yockie dirilislah album "Resesi" (1983). Mengadopsi warna musik barat yang sedang in, nuansa rock ala The Police dihadirkan, dengan sisipan beberapa lagu pop romantis andalan Chrisye. Dan ternyata musik menghentak di lagu "Resesi" dan "Lenny" diterima dengan sangat baik. Sementara lagu manis "Hening" dan "Malam Pertama" menjadi lagu yang melegenda hingga sekarang. Kolaborasi yang sukses.
Tapi kemudian Chrisye merasa jenuh setelah mengeluarkan album trilogi tersebut, ia pengen ada perubahan. Dengan berat hati ia menyudahi kerjasamanya dengan Eros dan Yockie. Chrisye melirik musisi muda yang pernah ikutan nongkrong di Gank Pegangsaan, Addie MS, yang sukses mengantarkan album pertama Vina Panduwinata.
Masih di tahun 1984 (gile beneeerrr... setahun 3 album??), keluarlah album "Sendiri" besutan Addie MS dengan ide2 segarnya. Ada duet dengan Vina dalam lagu "Kisah Insani" di album ini. Kembalinya Chrisye dengan album yang didominasi musik pop romantis, mendapat sambutan sangat hangat.
Bergaya Riang dengan Adjie Soetama
Addie MS kemudian terlalu sibuk dengan proyek2nya bersama Vina, Chrisye harus mencari lagi musisi baru. Adalah Adjie Soetama yang musik riangnya sedang banyak digemari anak muda yang akhirnya dipilih oleh Chrisye. Rada nekat juga kayaknya, karena musiknya Adjie Soetama identik dengan lagu ringan easy listening dengan beat riang yang cocok untuk pengiring tarian norak ala 80-an. Padahal musik Chrisye selama ini adalah musik dengan kemasan serius yang anggun.
Bos Musica dengan naluri bisnisnya tidak tanggung2 merubah image Chrisye di album kerjasama dengan Adjie Soetama ini. Untuk album "Aku Cinta Dia" (1985), Chrisye harus rela dandan norak untuk cover kasetnya. Bukan cuma itu, Chrisye juga harus bisa goyang saat tampil di Aneka Ria Safari!
Hah?? Chrisye goyang?... bisa gitu? Untunglah jaman itu sudah musim penari latar. Chrisye cukup goyang dikit waktu nyanyi, yang heboh biar penari latarnya. Kabarnya Chrisye cukup tersiksa dengan keharusan bergoyang dan berdandan norak untuk album ini. Tapi hasilnya memang luar biasa, album ini laku lebih dari satu juta keping!!
Banyak pengamat musik yang kecewa dengan gaya bermusik Chrisye di album itu. Dibilang Chrisye kehilangan identitas. Chrisye menolak tegas anggapan itu. Penampilan dan aksi panggungnya memang berubah sesuai mood lagu yang riang, tapi suara dan cara menyanyi Chrisye tidak berubah. Bahkan teman2nya pun meledek penampilan Chrisye norak dan ajaib itu kayak topeng monyet... hihihi.. teganya
Bersama Adjie Soetama, Chrisye mengeluarkan tiga album. Setelah "Aku Cinta Dia", dilanjutkan dengan album "Hip Hip Hura" (1985), dan "Nona Lisa" (1986) dengan warna musik yang tidak jauh berbeda.
Kembali ke Pop Romantis
Selanjutnya di tahun 1988, Chrisye mengeluarkan album "Jumpa Pertama". Dengan musik yang sepertinya peralihan dari nuansa riang kembali ke pop romantis. Lagu yang paling hits di album ini adalah lagu syahdu "Kisah Cintaku", duet Chrisye dengan Atiek CB.
Sungguh beruntung Chrisye saat itu. Sementara Betharia Sonata dicecar oleh Menpen Harmoko karena lagu2 cengengnya yang minta dipulangkan ke rumah orang tua, lagu Chrisye yang jelas2 bilang "haruskah ku pergi tinggalkan dunia" malah aman-aman saja tidak dianggap lagu cengeng Daripada merajuk, mending bunuh diri kali ya? sekalian... huhuhuhu.... kacau deh
Penghujung dekade 80-an ditutup Chrisye dengan album "Pergilah Kasih" (1989) yang ditangani oleh musisi muda berbakat yang lain lagi, Younky Suwarno. Mengandalkan lagu ciptaan Tito Sumarsono yang saat itu lagi jadi 'hits maker'.
"Pergilah kasih, tapi jangan jauh-jauh..." gitu kalau temenku lagi nyanyi sambil ngigo
Tahun2 ini dunia musik memasuki era baru dengan hadirnya televisi swasta. RCTI membuka peluang tumbuhnya video-video klip serius untuk mempromosikan lagu2 baru. Bukan video klip asal ada seperti yang tampil di Selekta Pop atau Aneka Ria Safari. Chrisye sangat beruntung video klip "Pergilah Kasih" ditangani dengan sangat serius oleh Jay Subiyakto. Video klip yang sangat indah penuh dengan perlambang, seirama dengan musik dan syairnya. Di video ini Chrisye cuma diperlihatkan sedikit saja.
Dan nggak tanggung2, video klip "Pergilah Kasih" menjadi video musik Indonesia pertama yang layak tampil di MTV Hongkong!
Memang Legenda
Selanjutnya di 90-an hingga 2000-an Chrisye masih terus membuat gebrakan-gebrakan baru. Dari Konser tunggal di tempat se-elit Plennary Hall yang jadi pelopor, hingga album-album daur ulang dan kolaborasi yang semuanya menghasilkan sukses besar dan pada akhirnya memantapkan nama Chrisye sebagai Legenda Musik Indonesia.
Chrisye adalah salah satu insan musik yang konsisten di jalur musik dan melakukan apa saja untuk mewarnai musik Indonesia. Keputusannya meninggalkan bangku kuliah untuk ngeband sampai ke New York adalah bukti Chrisye mantap sejak awal karirnya untuk full berprofesi sebagai musisi. Padahal di jaman itu atribut sebagai anak band atau pemusik bakalan dilepehin sama calon mertua. Bisa jadi terkenal emang bener, tapi tetep duitnya musisi itu cekak. Karena jaman itu belum banyak permintaan show dari mana-mana seperti sekarang. Kalaupun ada, honornya juga alakadarnya.
Keluwesan Chrisye untuk membawakan berbagai jenis musik dan juga keluwesannya untuk melebur dalam kolaborasi dengan berbagai macam tipe pemusik lain, membawa Chrisye mampu tetap bertahan dengan gaya yang selalu mengikuti jaman. Tapi tidak pernah kehilangan kekhasannya.
Chrisye, sosoknya dan karyanya, memang layak dijadikan Legenda.
0 comments:
Posting Komentar