Planet yang keberadaannya hampir tidak mungkin ini dideteksi para
astronom AS, dan dipublikasikan hari Kamis di journal Nature. Formasi
aneh ini disebut tidak mungkin karena ia bertentangan dengan teori
mengenai pembentukan planet. Adapun sang planet berupa raksasa gas
seperti Jupiter, hanya sekitar 14 persen lebih besar. Ia mengorbit
bintang utama dari trio bintang yang dikenal sebagai HD 188753, pada
arah rasi bintang Cygnus. Waktu orbitnya sekitar 80 jam.
Trio bintang dan planetnya itu berada pada
jarak sekitar 149 tahun cahaya dari Bumi. Satu tahun cahaya adalah jarak
yang bisa ditempuh cahaya dalam setahun atau sekitar 9.600 milyar
kilometer. Sedangkan jarak objek-objek itu satu sama lain kira-kira 8
juta kilometer atau sama dengan jarak antara Matahari dengan Saturnus.
Bila kita berdiri di permukaan planet itu, maka kita akan melihat tiga
Matahari di langit, walau planet mengorbit bintang utama yang berwarna
kuning.
Menurut para astronom dari California Institute of Technology, bintang lain yang lebih besar berwarna jingga, dan satunya yang lebih kecil berwarna merah. Penemuan ini tentu saja akan menjatuhkan teori yang menyebutkan bahwa planet-planet terbentuk dari debu dan gas yang mengelilingi sebuah bintang tunggal. Temuan juga akan membuat para ilmuwan mencari planet-planet baru di tempat yang dahulu tidak diperhitungkan.
"Dengan temuan ini kita menjadi tahu bahwa ada lebih banyak planet di luar sana dibanding perkiraan kita," komentar Maciej Konacki, astronom dari Caltech yang menuliskan artikel riset di Nature. "Selama ini kita mencari planet hanya di bintang-bintang tunggal. Kini pilihannya lebih banyak." Konacki, dalam tulisannya, menyebut jenis planet baru ini sebagai planet type Tatooine.
Nama ini diambil dari planet dengan Matahari ganda, dimana klan Skywalker berasal dalam cerita Star Wars. Fakta bahwa sebuah planet bisa terdapat dalam sistem multi bintang adalah sesuatu yang menakjubkan. Perlu diketahui, sistem bintang ganda (binary) dan sistem multi bintang cukup banyak ditemukan di galaksi kita. Jumlahnya bahkan 20 persen lebih banyak daripada sistem bintang tunggal.
Sejauh ini kebanyakan planet extrasolar - berada di luar tata surya kita - ditemukan dengan cara mengamati karakteristik goyangan cahayanya, yang memperlihatkan adanya gaya tarik gravitasi objek lain, yang kemungkinan besar adalah planet. Metode di atas kurang efektif dipakai untuk mencari planet pada sistem binary atau multi bintang.
Selain itu, teori menyebutkan bahwa planet-planet tidak terbentuk di lingkungan seperti ini. Oleh karenanya Konacki mendapatkan planet Tatooine-nya dengan mengukur kecepatan objek-objek di sistem multi bintang. Ada yang menduga planet ini sebetulnya bintang ke-empat yang lebih kecil. Tapi ada juga yang menduganya sebagai planet berinti padat. Untuk mencari jawabannya, para astronom akan melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh mengenai planet misterius ini.
Menurut para astronom dari California Institute of Technology, bintang lain yang lebih besar berwarna jingga, dan satunya yang lebih kecil berwarna merah. Penemuan ini tentu saja akan menjatuhkan teori yang menyebutkan bahwa planet-planet terbentuk dari debu dan gas yang mengelilingi sebuah bintang tunggal. Temuan juga akan membuat para ilmuwan mencari planet-planet baru di tempat yang dahulu tidak diperhitungkan.
"Dengan temuan ini kita menjadi tahu bahwa ada lebih banyak planet di luar sana dibanding perkiraan kita," komentar Maciej Konacki, astronom dari Caltech yang menuliskan artikel riset di Nature. "Selama ini kita mencari planet hanya di bintang-bintang tunggal. Kini pilihannya lebih banyak." Konacki, dalam tulisannya, menyebut jenis planet baru ini sebagai planet type Tatooine.
Nama ini diambil dari planet dengan Matahari ganda, dimana klan Skywalker berasal dalam cerita Star Wars. Fakta bahwa sebuah planet bisa terdapat dalam sistem multi bintang adalah sesuatu yang menakjubkan. Perlu diketahui, sistem bintang ganda (binary) dan sistem multi bintang cukup banyak ditemukan di galaksi kita. Jumlahnya bahkan 20 persen lebih banyak daripada sistem bintang tunggal.
Sejauh ini kebanyakan planet extrasolar - berada di luar tata surya kita - ditemukan dengan cara mengamati karakteristik goyangan cahayanya, yang memperlihatkan adanya gaya tarik gravitasi objek lain, yang kemungkinan besar adalah planet. Metode di atas kurang efektif dipakai untuk mencari planet pada sistem binary atau multi bintang.
Selain itu, teori menyebutkan bahwa planet-planet tidak terbentuk di lingkungan seperti ini. Oleh karenanya Konacki mendapatkan planet Tatooine-nya dengan mengukur kecepatan objek-objek di sistem multi bintang. Ada yang menduga planet ini sebetulnya bintang ke-empat yang lebih kecil. Tapi ada juga yang menduganya sebagai planet berinti padat. Untuk mencari jawabannya, para astronom akan melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh mengenai planet misterius ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar