Live Streaming Eclipse



 
Total Lunar Eclipse by Aditya NK

Santer terdengar dari berita TV : Kamis, dini hari, bertepatan pada tanggal 16 Juni 2011 bakalan ada GERHANA BULAN TOTALFenomena spektakuler ini bisa disaksikan di seluruh Indonesia!

Para Peneliti di Bosscha juga udah mempersiapkan alat-alat seperti teropong unitron, teropong surya, teropong coronado, coleostat, dll.. untuk menikmati gerhana yang muncul dengan durasi terpanjang dalam 100 tahun.


Aku nggak mau kalah. Kusambut gerhana dengan minggat dari sekolah, pulang tanpa pamit dari kosan, ngeram di kamar sendirian, terus makan semangkuk mie instan sambil mantengin komputer sepanjang hari sampai puas, hihiw!

Belakangan aku baru sadar aku nggak bisa neropong sebongkah bulan lewat komputer. Apalagi sambil makan mie instan-_- 

Tapi bagiku, main komputer sambil makan mie instan itu rasanya kayak terbang menembus atmosfir yang berlapis-lapis, terus naik paus akrobatis, dan ngeliat rasi bintang yang teerrmanis.  Lewat komputer, aku bisa tahu bahwa...

Gerhana bulan adalah kesempatan untuk mengetahui kualitas lapisan atmosfer bagian atas (lapisan stratosfer yang berada di ketinggian di atas 5.000 meter dari permukaan bumi) yang mungkin selama ini 'dicemari' oleh akumulasi debu-debu vulkanik.

Bagaimana mengetahuinya?

Kualitas atmosfer itu bisa diukur dengan melihat kecerahan warna garis antara bayangan bumi dengan cahaya bulan. Bila warna cahaya bulan terlihat cerah dan tegas, maka kualitas atmosfer lebih baik. Tapi bila warnanya lebih gelap, maka kualitas atmosfer lebih buruk.

 
Nah, untuk menganalisis sekaligus menikmati pesona bulan purnama, berhubung aku nggak punya teropong, satu-satunya step yang paling kreatif, efektif dan efesien adalah..
 
dengan mata telanjang! 

dengan mata?
dan dengan telanjang?

*lepas handuk* *siap-siap loncat pagar sambil nyanyi you know me so well*

....

Yihi, aku akan keluar rumah untuk menyaksikannya langsung!
*sound effect: derit pintu yang di buka pelan*
*sound effect: bantingan pintu yang di tutup cepet*

....


Sampe jam 11.30 malem aku belum berani keluar._.
Serem abisan!!!
 
....

Di luar sepi nggak sih, pikirku sambil nyibakin tirai jendela. Kusipitkan mataku untuk benar-benar mengintip. Tidak ada manusia yang lalu lalang sekitar rumahku. Yang ada cuma debu yang terombang-ambing oleh angin, dan dua ekor kucing yang dininabobokan oleh suara jangkrik. Aku bergidik. Ngeri.

....

Aku bermaksud akan kembali internetan ketika tiba-tiba ada suara langkah kaki yang mengusik indera pendengaranku. Langkah kaki yang tergesa-gesa, seperti seorang pemburu, atau siluman srigala, atau seorang pemburu yang mengejar siluman srigala? Ah, entahlah.. yang jelas tengukku meremang. Langkah kaki itu semakin dekat.... semakin dekat.....

BRAKK!

Hwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!

Bayang-bayang hitam seekor srigala kini menjelma menjadi sosok tinggi kurus yang ngangkut CPU. Ia melongo saking terkejutnya diteriaki begitu. Ternyata, ia adalah ayahku. Aku baru inget ayahku sering pulang larut malem.

......


Tadinya mau nyoba lagi buat keluar tapi nggak jadi ah. Takut ada srigala betulan. Auman yang panjang dan mengerang juga kedengeran sampe-sampe kebayang cerita twilight. Bulan. Srigala. Vampir. Hi... Mungkin cuma halusinasi, tapi kan bulan purnama identik dengan cerita yang kayak gitu-.-

Yang mau muntah, silakan! Aku udah duluan.
 
Selain cerita twilight, di tatar Sunda juga ada mitos tentang bulan. Ini kuketahui setelah kemaren-kemaren ngedengerin Kani, temenku, latihan pidato buat lomba speech contest bahasa Jepang. Kani nyeritain Nini Anteh, orang yang tinggal dan menenun di bulan, ditemani sang Kucing bernama Candramawat.


Melalui pidatonya, Kani bilang, dulu, waktu masih kecil, ia ingin seperti bulan yang kelihatan indah. Tapi begitu belajar ilmu alam dan tahu kalau permukaan bulan nggak rata, Kani nggak jadi ingin seperti bulan. Kani maunya pergi ke bulan aja.


Kalau aku, sebaliknya. Aku nggak mau pergi ke bulan. Aku takut ada alien yang ngejar-ngejar terus minta tanda tangan. Kan repot._.

....

Dini hari, bulan purnama mulai berubah bentuk perlahan-lahan. Tepian Bulan menjadi gelap, seperti bakpau yang digigit bagian tepinya.

Tak hanya Indonesia, sejumlah negara pun menikmati pemandangan menakjubkan ini. Di beberapa negara, bulan terlihat berwarna merah darah. Saksikan foto gerhana bulan di beberapa negara tah di sini.

....

"Pareuman komputer!!!"
Aku pun menurut. Ayahku kalau udah ngantuk suka high-voltage.
"Tapi, Pa.. hegae tong kaluar sakedap?"
"Geura ka kamar!!!"
"Errrrr."


....


Dengan hati yang berat, kubaringkan diriku ke atas spring bed. Meluk guling sampe bermimpi. Kurang lebih mimpinya seperti ini...
 
"Bella, my Honey, idung kamu kok pesek?"


Keesokan harinya, menurut para saksi yang kebetulan singgah ke kamarku, aku ditemukan tak berdaya di samping spring bed dengan balutan pyama lucu. Sebuah kamera ponsel menangkap ekspresi konyol ini. Ha!

Jadi semalem aku jatuh? Siapa saksinya??? Kurang hajar!

Satu penyesalanku setelah ketiduran: NGGAK SEMPET MOTOIN BULAN.

Pagi itu. Saat aku hendak mandi, ayahku menyodorkan kamera gede banget sambil bilang, "Ji, ieu kamera cobaan coba!"
"Ih, Niken anyar?" tanyaku sambil hati-hati megangnya. Jeprat-jepret sana-sini. Asal pencet.
"Anyar atuh! Nu digital."
"Naha tadi weungi henteu bebeja malah miwarang ka kamar? Padahal mah aya bulan purnama."
"Di mana?"
"Di luar."
"Wah??"
"Hyah....."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar