Ada kisah menarik dari pemenang penghargaan tertinggi umat manusia yaitu Nobel 2010 . Yaitu kisah 2 orang ilmuwan Rusia bernama Konstantin Novoselov dan Andre Geim yang dinobatkan oleh Royal Swedish Academy of Sciences sebagai pemenang Nobel Fisika 2010. Padahal, sebagai ilmuwan, kemampuan mereka sebenarnya tidak terlalu menonjol.Prestasi akademik Novoselov saat masih menjadi mahasiswa ilmu fisika di Moscow Physics and Technology University (MFTI) biasa-biasa saja. Hampir seluruh abjad yang tercantum di transkrip nilainya adalah B.
Itu merupakan nilai standar yang diberikan dosen kepada mahasiswa dengan kemampuan akademik normal. Ilmuwan 36 tahun itu mengenyam pendidikan tinggi di universitas yang terletak di Moskow tersebut sejak 1991 sampai 1994. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya ke Belanda. Dia menimba ilmu kedoktoran di University of Nijmegen. Selanjutnya, dia hijrah ke Inggris dan melanjutkan studi di University of Manchester. Saat menjadi mahasiswa di kampus yang terletak di kota Manchester, England, itu, Novoselov sempat mendapatkan nilai C untuk mata kuliah bahasa Inggris. Novoselov telah membuktikan bahwa untuk menjadi ilmuwan hebat yang diakui dunia, inteligensi bukan modal utama. Rasa ingin tahu yang besar dan ketekunan justru lebih dominan. Mereka dianugerahi Nobel Fisika atas terobosannya mengisolasi graphene, material paling kuat tetapi paling tipis di dunia, dengan cara mudah dan sederhana. Penemuan tersebut memungkinkan produksi graphene dengan murah untuk berbagai industri teknologi di masa depan. Graphene merupakan sejenis serat karbon yang hanya disusun dari satu lapis atom karbon. Meski demikian, kekuatannya 100 kali lipat daripada baja. Graphene biasanya diisolasi dari grafit, yang digunakan dalam batang pensil. Namun, selama ini untuk melakukannya membutuhkan teknik yang rumit dan kompleks. kedua ilmuwan tersebut berhasil mengatasi masalah tersebut karena dapat mengisolasi graphene menggunakan selotip.
Menurut komite Nobel Fisika dari Royal Swedish Academy of Science, penelitian graphene tersebut membuka potensi pengembangan satelit, pesawat, dan mobil masa depan dengan material yang sangat kuat tetapi ringan. Selain itu, wujud material yang transparan juga berpotensi untuk digunakan sebagai layar sentuh, sel surya, dan komponen komputer yang lebih efisien."Ini punya potensi mengubah hidup Anda seperti halnya yang terjadi dengan plastik. Ini sungguh mengejutkan," ujar Geim, Selasa (5/10/2010).
Menurut Novoselov, dia dan Geim tidak sengaja menemukan graphene. Karena itu, mereka tidak menolak jika dikatakan bahwa penemuan mereka tersebut berasal dari tempat sampah. Sebab, secara harfiah, memang begitulah yang terjadi. Mereka memungut sampel dari tempat sampah, lantas menganalisisnya di laboratorium. Sampai pada akhirnya, riset mereka sampai pada kesimpulan bahwa graphene akan bisa menggantikan fungsi silikon pada suatu saat nanti.“Sebelumnya, kami sudah menguji coba beberapa materi berbeda di laboratorium. Tiba-tiba, ada ilmuwan senior yang membawa grafit. Dia lantas membersihkannya dengan cara merekatkan plester dan lantas membuang plester yang mengandung grafit itu ke tempat sampah. Karena tertarik pada partikel kecil grafit yang ringan dan menempel di plester itu, saya lantas memungutnya dari sampah,” papar Novoselov. Di luar dugaan, penelitian mereka justru menghasilkan Nobel Fisika.
Meski sama-sama kelahiran Rusia, Geim (51) kini berkewarganegaraan Belanda dan mendapat gelar profesor dari Universitas Manchester, Inggris. Sementara itu, Novoselov (36) berkewarganegaraan ganda, Inggris dan Rusia. Keduanya mulai berkolaborasi saat di Belanda sebelum pindah ke Inggris dan sukses mengisolasi graphene pada tahun 2004. Buat Novoselov, penghargaan Nobel Fisika tergolong mengejutkan karena usianya masih sangat muda bahkan tercatat sebagai penerima Nobel termuda sejak tahun 1973.
Atas keberhasilannya mendapat penghargaan Nobel Fisika, kedua ilmuwan berhak menerima hadiah sebesar 10 juta Kronor atau sekitar Rp 14 miliar. Hadiah tersebut akan diberikan pada 10 Desember 2010 saat peringatan kematian Alfred Nobel yang menggagas dan mendanai penghargaan paling bergengsi di bidang sains ini.
Referensi : sains.kompas.com
www.dinohp.info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar