Nawwaf Zouro
Kesepakatan politisi dan keamanan di Israel soal nuklir Israel dengan merahasiakannnya alias tidak mengakui memiliki senjata nuklir tidak menafikan bahwa negara penjajah Palestina dan sebagian wilayah Arab memiliki senjata nuklir sejak lama. Meski berkali-kali media Israel menurunkan laporan soal program nuklir Israel selama bertahun-tahun, secara resmi negara penjajah tidak mengakuinya.
Akhirnya politik diam ini menjadi budaya misteri yang ditempuh oleh pemerintah Israel secara turun temurun. Bahkan membicarakannya termasuk barang haram hingga sebelum konferensi Washington yang gelar hari ini.
Menteri Luar negeri Israel Danny Eilon sebelum konferensi menegaskan, “Israel akan tetap didukung Israel dalam merahasiakan senjata nuklir. Ini sudah menjadi prinsip keamanan nasional Israel dan dianggap Amerika politik penting.”
Politik Israel ini bukan sekedar keputusan resmi, namun sudah menjadi kesepahaman dan koordinasi dengan Amerika. Pengamat Israel Alov ben Vie menungkap di harian Haaret dengan judul “Kartu Anggota Club” bahwa semakin maju dan berani Israel dalam program nuklirnya, Amerika akan semakin mendukungnya dengan pasokan senjata, dana dan dukungan politik. Sejak 1969, Israel berjanji merahasiakan program nuklirnya dan tidak melakukan uji coba.”
Piagam Amerika menyebutkan bahwa pada musim panas tahun 1974, menyebut program nuklir sebagai sangat rahasia dalam arsip CIA. Disebutkan dalam piagama itu, “Kami tidak berharap Israel menegaskan soal keraguan tentang kemampuan nuklir mereka, baik dalam mencoba nuklirnya atau menggunakannya. Kecuali jika ada bahaya besar mengancam negara Israel.”
Hari ini, ketika Netanyahu menggagalkan keikutsertaannya dalam Konferensi Internasional Larangan Nuklir (International Conference on Nuclear Non-Proliferation) di Washington, maka ini terkait langsung dengan politik Israel soal merahasiakan nuklirnya.
Sebab dalam alasan penggagalan keikutsertaan itu adalah informasi yang diterima Israel bahwa Mesir dan Turki, termasuk sejumlah negara Islam hendak memanfaatkan konferensi itu memaksa negara-negara internasional mengawasi reactor-reaktor nuklir Israel.
Meski demikian rapat merahasiakannya, perkiraan dan keyakinan dunia soal armada nuklir Israel sudah berkali-kali mencuat ke public. Yang paling heboh adalah buku wartawan Amerika Reuven Skarraporo yang menungkap bahwa Tel Aviv memiliki 80 hulu ledak nuklir bahkan media-media massa barat memperkirakan Israel memiliki 200 bom nuklir.
Di tambah lagi sebagian “lidah kepeleset” sebagian politik Israel yang menyimpang dari politik memisterikan nuklir mereka. Mantan PM Israel Olmert pernah terpeleset lidahnya di masa pemerintahannya bahwa Israel memiliki senjata nuklir ketika mengancam Iran untuk dihapus dari bumi (yang ini dimaknai dengan senjata nuklir) dan kemudian mendapatkan kritikan keras.
“Lidah kepeleset” Israel juga pernah terjadi di Jerman setelah 50 tahun menempuh cara diam soal nuklirnya. Anggota Knesset Aryeh Eldar mengancam, “Jika ucapan Olmert dianggap perubahan sikap politik dan bukan lidah kepeleset, maka sudah pasti itu pesan bagi dunia bahwa; jika kalian tidak menghentikan Iran, kami akan menghentikannya berapapun harganya.” Simon Perez pernah mengatakan menanggapi lidah kepeleset Olmert, “Kami harus membangun kekuatan tanpa mengancam seorang pun, saya rahasiakan, dan saya yang mengonsepnya, kalau meyakini kami memiliki bom nuklir, silahkan saja,”
Menanggapi Olmert itu, majalah militer Israel mengungkap, “pakar nuklir di Israel mengakui bahwa Tel Aviv memiliki 150-200 hulu ledak nuklir”.
Barangkali dalam hal ini, sejarawan Israel Amnon Raz paling detil dalam membicarakan tabiat kejahatan dan terorisme Israel ketika dia menyebut bahwa Israel adalah kerajaan salib baru berbeda dengan kerajaan-kerajaan salib yang dikenal sejarah sebelumnya karena memiliki bom nuklir. Sejarawan ini menyerukan agar senjata nuklir harus dibekukan dengan cara cerdas.
Soal pembekuan, barangkali pemerintah Obama memiliki kredibilitas dalam bersikap dengan nuklir Israel sebagaimana ia menyikapi masalah serupa di negara-negara lain.
Sebab Israel negara tidak bertanggungjawab dan negara paling banyak memprovokasi terjadinya perang.
Akan tetapi bola soal nuklir Israel kini berada di lapangan bangsa Arab sebelum PBB. Negara Arab harus meralat strategi mereka soal nuklir, konflik dan perundingan dalam menghadapi tindakan permusuhan dan arogansi Israel. (bn-bsyr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar