Barang siapa hafal sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir Surat Al-Kahfi
ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal
Sungguh menarik perhatian adanya persamaan kejadian yang terjadi di dunia sekarang ini. Di satu fihak, kita melihat adanya tekanan kekuasaan Eropa yang dilancarkan dengan rancangan yang teratur terhadap dunia Islam, dan usaha mereka yang keras untuk mengenyahkan Islam sama sekali, tetapi di lain fihak, kita menemukan sejumlah besar hadits Nabi yang meramalkan fitnah dan percobaan yang akan menimpa kaum Muslimin pada akhir zaman, ramalan yang hampir semuanya terpenuhi, berupa peristiwa yang menimpa dunia Islam sekarang ini. Lebih mengherankan lagi, karena ramalan itu diucapkan pada waktu Islam sedang dalam keadaan menang, dan seluruh dunia merasa gentar menghadapi pesatnya kemajuan Islam.
Bukan rahasia lagi, bahwa kini sedang berlangsung pergolakan sengit antara Eropa dan Islam, khususnya antara kekuatan materiil melawan kekuatan spirituil. Kaum Kristen Eropa menganggap kekuatan Islam sebagai ancaman yang berbahaya bagi peradaban materiilnya, dan dengan dalih palsu ini mereka berusaha untuk manghancurkan Islam, agar mereka dapat "menyelamatkan" dunia dari pengaruh politik Islam.
Mereka terang-terangan menyebut agama lain sebagai non-Kristen, tetapi terhadap agamar Islam mereka dangan tegas menyebutkan sebagai anti-Kristen. Sekalipun kaum missionaris Kristen aktif menyebarkan agama di segala penjuru dunia, tetapi tujuan mereka yang paling utama ialah ummat Islam. Ini adalah fakta yang tak boleh dipandang remeh oleh kaum Muslimin.
Akan tetapi alangkah sedihnya bahwa kaum Muslimin sendiri terlibat dalam percekcokan intern mengenai masalah-masalah kecil, sehingga mereka tak sempat memikirkan persoalan yang lebih penting. Seandainya mereka menaruh perhatian sedikit saja terhadap pergolakan sengit yang sekarang sedang berlangsung antara kekuatan materiil dan kekuatan spirituil, niscaya mereka akan melihat dengan terang, bahwa mengamuknya Dajjal dan merajalelanya Ya'juj wa Ma'juj bukanlah dongengan kosong, melainkan gambaran tentang serbuan kaum materialis Eropa dengan agama Nasraninya pada zaman sekarang.
Bagi tiap-tiap orang Islam wijib kiranya melupakan percekcokan di kalangan ummat Islam sendiri mengenai masalah-masalah kecil yang kurang penting, karena kemenangan dan hidup matinya Islam di dunia bergantung kepada hasil perlombaan antara dua agama ini (Islam dan Nasrani), bukan karena mengurusi perbedaan kecil yang tak akan mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi kaum Muslimin sendiri.
Barang siapa hafal sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir Surat Al-Kahfi
ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal
ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal
Sungguh menarik perhatian adanya persamaan kejadian yang terjadi di dunia sekarang ini. Di satu fihak, kita melihat adanya tekanan kekuasaan Eropa yang dilancarkan dengan rancangan yang teratur terhadap dunia Islam, dan usaha mereka yang keras untuk mengenyahkan Islam sama sekali, tetapi di lain fihak, kita menemukan sejumlah besar hadits Nabi yang meramalkan fitnah dan percobaan yang akan menimpa kaum Muslimin pada akhir zaman, ramalan yang hampir semuanya terpenuhi, berupa peristiwa yang menimpa dunia Islam sekarang ini. Lebih mengherankan lagi, karena ramalan itu diucapkan pada waktu Islam sedang dalam keadaan menang, dan seluruh dunia merasa gentar menghadapi pesatnya kemajuan Islam.
Bukan rahasia lagi, bahwa kini sedang berlangsung pergolakan sengit antara Eropa dan Islam, khususnya antara kekuatan materiil melawan kekuatan spirituil. Kaum Kristen Eropa menganggap kekuatan Islam sebagai ancaman yang berbahaya bagi peradaban materiilnya, dan dengan dalih palsu ini mereka berusaha untuk manghancurkan Islam, agar mereka dapat "menyelamatkan" dunia dari pengaruh politik Islam.
Mereka terang-terangan menyebut agama lain sebagai non-Kristen, tetapi terhadap agamar Islam mereka dangan tegas menyebutkan sebagai anti-Kristen. Sekalipun kaum missionaris Kristen aktif menyebarkan agama di segala penjuru dunia, tetapi tujuan mereka yang paling utama ialah ummat Islam. Ini adalah fakta yang tak boleh dipandang remeh oleh kaum Muslimin.
Akan tetapi alangkah sedihnya bahwa kaum Muslimin sendiri terlibat dalam percekcokan intern mengenai masalah-masalah kecil, sehingga mereka tak sempat memikirkan persoalan yang lebih penting. Seandainya mereka menaruh perhatian sedikit saja terhadap pergolakan sengit yang sekarang sedang berlangsung antara kekuatan materiil dan kekuatan spirituil, niscaya mereka akan melihat dengan terang, bahwa mengamuknya Dajjal dan merajalelanya Ya'juj wa Ma'juj bukanlah dongengan kosong, melainkan gambaran tentang serbuan kaum materialis Eropa dengan agama Nasraninya pada zaman sekarang.
Bagi tiap-tiap orang Islam wijib kiranya melupakan percekcokan di kalangan ummat Islam sendiri mengenai masalah-masalah kecil yang kurang penting, karena kemenangan dan hidup matinya Islam di dunia bergantung kepada hasil perlombaan antara dua agama ini (Islam dan Nasrani), bukan karena mengurusi perbedaan kecil yang tak akan mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi kaum Muslimin sendiri.
Barang siapa hafal sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir Surat Al-Kahfi
ia akan selamat dari (fitnahnya) Dajjal
Bab 01 : Arti Dajjal dan Ya'juj wa Ma'juj
Dajjal disebutkan berulang-ulang dalam Hadits, sedangkan Ya'juj wa-Ma'juj bukan saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula dalam Al-Qur'an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan turunnya Al-Masih.
Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul-'Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, karena ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.
Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.
Kata Ya'juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf'ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra'a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-'Arab. Ya'juj wa-Ma'juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus Lisanul-'Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong yang menutupi kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, karena ia menutupi bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena ia tersebar dan menutupi seluruh muka bumi.
Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan barang dagangannya ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.
Kata Ya'juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan Yaf'ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra'a, maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-'Arab. Ya'juj wa-Ma'juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air bergelombang, karena hebatnya gerakan.
Bab 03 : DAJJAL ADALAH IDENTIK (SAMA) DENGAN YA'JUJ WA-MA'JUJ
Segera setelah Al-Qur'an menerangkan pertempuran satu sama lain antara Ya'juj wa-Ma'juj, ayat 102 menerangkan persoalan Dajjal. "Apakah orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku sebagai pelindung di luar Aku?" (18:102). Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an mempersamakan Dajjal dengan Ya'juj wa-Ma'juj. Mereka diberi nama yang berlainan karena mempunyai dua fungsi yang berlainan.
Adapun mengenai identitas Ya'juj wa-Ma'juj para mufassir tak sama pendapatnya. Ibnu Katsir berkata, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj adalah keturunan Adam, dan pendapat ini dikuatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim. Menurut kitab Ruhul-Ma'ani, Ya'juj waMa'juj adalah dua kabilah keturunan Yafits bin Nuh, yang bangsa Turki adalah sebagian dari mereka; mereka disebut Turki, karena mereka turiku (ditinggalkan) di sebelah sananya tembok. Selain itu, menurut uraian Al-Qur'an, terang sekali bahwa mereka adalah sebangsa manusia, yang untuk menghalang-halangi serbuan mereka, terpaksa dibangun sebuah tembok.
Adapun yang kedua, Ya'juj wa-Ma'juj diuraikan dalam Al-Qur'an sbb : "Sampai tatkala Ya'juj wa-Ma'juj dilepas, mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi" (20:96). Ternyata bahwa yang dimaksud dengan kalimat "mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi" ialah bahwa mereka akan menguasai seluruh dunia. Menilik cara Al-Qur'an menerangkan Ya'juj wa-Ma'juj dalam dua tempat tersebut, terang sekali bahwa akan tiba saatnya Ya'juj wa-Ma'juj mengalahkan sekalian bangsa di dunia. Dan terang pula bahwa pada waktu Al-Qur'an diturunkan, Ya'juj wa-Ma'juj sudah ada, tetapi gerak-gerik mereka masih tetap terkekang sampai saat tertentu, yang sesudah itu, mereka akan terlepas untukmenguasai seluruh dunia.
Bab 04 : MENGAPA AL-QUR'AN TAK MENYEBUT-NYEBUT DAJJAL
Mungkin orang akan bertanya, jika sekiranya Dajjal dan Ya'juj wa-Ma'juj adalah dua sebutan yang berlainan untuk menamakan satu bangsa, mengapa Al-Qur'an anya menyebutkan nama Ya'juj wa-Ma'juj saja, dan tak sekali-kali menyebutkan nama Dajjal? Sebabnya ialah bahwa kata Dajjal, sebagaimana kami terangkan di atas, artinya "pembohong" atau "penipu", dan tak seorangpun suka disebut pembohong atau penipu, walaupun ia benar-benar seorang pembohong atau penipu yang ulung.
Sebaliknya, oleh karena Ya'juj wa-Ma'juj itu nama suatu bangsa, maka tak seorangpun akan merasa keberatan memakai nama itu. Bahkan sebenarnya, bangsa Inggris sendiri telah memasang patung Ya'juj wa-Ma'juj di depan Guildhall di London. Inilah sebabnya mengapa Al-Qur'an hanya menggunakan nama Ya'juj wa-Ma'juj, dan tak menggunakan nama Dajjal yang artinya pembohong. Sebaliknya, kitab-kitab Hadits menggunakan kata Dajjal, karena nama Dajjal atau Anti Christ, dan ramalan-ramalan yang berhubungan dengan ini, disebutkan dalam Kitab Suci yang sudah-sudah. Oleh karena itu, perlu sekali dijelaskan bagaimana terpenuhinya ramalan-ramalan itu.
Selain itu, kata Dajjal hanya menunjukkan satu aspek persoalan, yakni, kebohongan dan penipuan yang dilakukan oleh bangsa itu, baik mengenai urusan agama, maupun mengenai urusan duniawi. Akan tetapi terlepas dari sifat-sifatnya yang buruk, ada pula segi kebaikannya.
Dipandang dari segi duniawi, kesejahteraan materiil mereka harus dipandang sebagai segi kebaikan mereka. Itulah sebabnya mengapa dalam Hadits digambarkan, bahwa mata Dajjal yang hanya satu, yaitu mata duniawi; gemerlap bagaikan bintang. Al-Our'an juga menerangkan keahlian mereka dalam membuat barang-barang. Jadi julukan Dajjal hanyalah sebagian dari gambaran bangsa itu.
Dalam Al-Qur'an, bangsa-bangsa Kristen disebut "para penghuni Gua dan inskripsi" (18:9). Gambaran ini menggambarkan dua aspek sejarah agama Kristen. "Para penghuni Gua" merupakan gambaran yang tepat bagi kaum Kristen dalam permulaan sejarah mereka karena pada waktu itu ciri khas mereka yang paling menonjol ialah hidup dalam biara. Mereka meninggalkan sama sekali urusan duniawi untuk mengabdikan sepenuhnya dalam urusan agama. Dengan perkataan lain, mereka membuang dunia guna kepentingan agama.
Akan tetapi pada zaman akhir, mereka digambarkan sebagai "Bangsa Inskripsi (ar-raqimi)". Kata raqmun artinya barang yang ditulis. Kata ini khusus digunakan bagi harga yang ditulis pada barang-barang dagangan, seperti pakaian dan sebagainya. Gambaran ini mengandung arti penyerapan mereka yang amat dalam, dalam urusan duniawi, fakta ini diuraikan dalam Al-Qur'an sbb: "Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia ini" (18:104).
Jadi, bangsa Kristen yang pada permulaan sejarah mereka membuang dunia untuk kepentingan agama, tetapi pada zaman akhir, mereka membuang agama untuk kepentingan dunia; oleh sebab itu, mereka dikatakan dalam Al-Qur'an sebagai "salah satu pertanda Kami yang mengagumkan" (18:9). Sabda Al-Qur'an tersebut di atas adalah gambaran yang tepat tentang kecondongan mereka kepada kebendaan. Oleh karena dalam urusan duniawi, mereka lebih maju dari bangsa-bangsa lain, maka bangsa lain itu mengikuti mereka secara membuta-tuli, karena terpikat oleh keuntungan-keuntungan duniawi yang dijamin oleh mereka.
Jadi, bangsa-bangsa Kristen menyesatkan bangsa-bangsa lain di dunia, bukan saja dengan pengertian yang salah tentang Putra Allah dan Penebusan dosa, melainkan pula dengan cita-cita mengejar-ngejar kebendaan secara membuta-tuli, dengan mengabaikan sama sekali nilai-nilai hidup yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam Hadits, mereka diberi nama Dajjal, atau penipu ulung.
Sebaliknya, oleh karena Ya'juj wa-Ma'juj itu nama suatu bangsa, maka tak seorangpun akan merasa keberatan memakai nama itu. Bahkan sebenarnya, bangsa Inggris sendiri telah memasang patung Ya'juj wa-Ma'juj di depan Guildhall di London. Inilah sebabnya mengapa Al-Qur'an hanya menggunakan nama Ya'juj wa-Ma'juj, dan tak menggunakan nama Dajjal yang artinya pembohong. Sebaliknya, kitab-kitab Hadits menggunakan kata Dajjal, karena nama Dajjal atau Anti Christ, dan ramalan-ramalan yang berhubungan dengan ini, disebutkan dalam Kitab Suci yang sudah-sudah. Oleh karena itu, perlu sekali dijelaskan bagaimana terpenuhinya ramalan-ramalan itu.
Selain itu, kata Dajjal hanya menunjukkan satu aspek persoalan, yakni, kebohongan dan penipuan yang dilakukan oleh bangsa itu, baik mengenai urusan agama, maupun mengenai urusan duniawi. Akan tetapi terlepas dari sifat-sifatnya yang buruk, ada pula segi kebaikannya.
Dipandang dari segi duniawi, kesejahteraan materiil mereka harus dipandang sebagai segi kebaikan mereka. Itulah sebabnya mengapa dalam Hadits digambarkan, bahwa mata Dajjal yang hanya satu, yaitu mata duniawi; gemerlap bagaikan bintang. Al-Our'an juga menerangkan keahlian mereka dalam membuat barang-barang. Jadi julukan Dajjal hanyalah sebagian dari gambaran bangsa itu.
Dalam Al-Qur'an, bangsa-bangsa Kristen disebut "para penghuni Gua dan inskripsi" (18:9). Gambaran ini menggambarkan dua aspek sejarah agama Kristen. "Para penghuni Gua" merupakan gambaran yang tepat bagi kaum Kristen dalam permulaan sejarah mereka karena pada waktu itu ciri khas mereka yang paling menonjol ialah hidup dalam biara. Mereka meninggalkan sama sekali urusan duniawi untuk mengabdikan sepenuhnya dalam urusan agama. Dengan perkataan lain, mereka membuang dunia guna kepentingan agama.
Akan tetapi pada zaman akhir, mereka digambarkan sebagai "Bangsa Inskripsi (ar-raqimi)". Kata raqmun artinya barang yang ditulis. Kata ini khusus digunakan bagi harga yang ditulis pada barang-barang dagangan, seperti pakaian dan sebagainya. Gambaran ini mengandung arti penyerapan mereka yang amat dalam, dalam urusan duniawi, fakta ini diuraikan dalam Al-Qur'an sbb: "Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia ini" (18:104).
Jadi, bangsa Kristen yang pada permulaan sejarah mereka membuang dunia untuk kepentingan agama, tetapi pada zaman akhir, mereka membuang agama untuk kepentingan dunia; oleh sebab itu, mereka dikatakan dalam Al-Qur'an sebagai "salah satu pertanda Kami yang mengagumkan" (18:9). Sabda Al-Qur'an tersebut di atas adalah gambaran yang tepat tentang kecondongan mereka kepada kebendaan. Oleh karena dalam urusan duniawi, mereka lebih maju dari bangsa-bangsa lain, maka bangsa lain itu mengikuti mereka secara membuta-tuli, karena terpikat oleh keuntungan-keuntungan duniawi yang dijamin oleh mereka.
Jadi, bangsa-bangsa Kristen menyesatkan bangsa-bangsa lain di dunia, bukan saja dengan pengertian yang salah tentang Putra Allah dan Penebusan dosa, melainkan pula dengan cita-cita mengejar-ngejar kebendaan secara membuta-tuli, dengan mengabaikan sama sekali nilai-nilai hidup yang lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam Hadits, mereka diberi nama Dajjal, atau penipu ulung.
Bab 05 : YA'JUJ WA-MA'JUJ MENURUT KITAB BIBLE
Dalam kitab Bible, Ya'juj wa-Ma'juj diuraikan dengan kata-kata yang amat jelas, sehingga tak diragukan lagi siapa Ya'juj dan Ma'juj itu.
Dalam Kitab Yehezkiel 38:1-4, diterangkan sbb:
"Dan lagi datanglah firman Tuhan kepadaku, bunyinya: Hai anak Adam! Tujukkanlah mukamu kepada Juj dan tanah majuj, raja Rus, Masekh dan Tubal, dan bernubuatlah akan halnya. Katakanlah: Demikianlah firman Tuhan Hua. Bahwasanya Aku membalas kepadamu kelak, hai Juj, raja Rus, masekh dan Tubal. Dan kubawa akan dikau berkeliling dan kububuh kait pada rahangmu ... "
Di sini Juj diuraikan seterang-terangnya, dan Juj di sini adalah sama dengan Ya'juj dalam Al-Qur'an. Dia dikatakan sebagai raja Rusia, Moscow dan Tubal. Adapun Majuj (Ma'juj), hanya dikatakan "tanah Ma'juj".
Tiga nama yang disebutkan dalam kitab Bible ialah: Rus atau Rusia, Masekh atau Moscow, dan Tubal atau Tobolsk. Rusia adalah nama negara, sedangkan Omask dan Tubal adalah nama dua sungai di sebelah Utara pegunungan Kaukasus. Pada sungai Omask terletak kota Moscow, dan pada sungai Tubal terletak kota Tobolsk; dua-duanya merupakan kota Rusia yang termasyur. Mengingat terangnya gambaran ini, maka tak diragukan lagi siapa Ya'juj itu.
Jadi terang sekali bahwa Juj ialah Russia, tempat kediaman bangsa Slavia. Adapun Ma'juj adalah negara itu juga. Jadi di satu fihak, Juj dikatakan sebagai raja Rusia, di lain fihak, ia digambarkan mendiami tanah Majuj. Rusia terletak di Eropa. Penduduk Eropa terdiri dari dua pokok suku-bangsa, yaitu Slavia dan Teutonia. Bangsa Teutonia meliputi bangsa Britis dan bangsa Jerman. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa Juj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Timur (Slavia), sedangkan Majuj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Barat, yaitu bangsa Teutonia.
Dan terang pula bahwa dua bangsa ini mula-mula sekali mendiami tanah yang sama. Boleh jadi, Juj dan Majuj adalah nama atau julukan nenek-moyang dua bangsa ini. Hal ini dibuktikan adanya kenyataan bahwa patung Ya'juj dan ma'juj itu sejak zaman dahulu sudah berdiri di depan Guildhall di London yang termasyur. Jika dua nama itu tak ada hubungannya dengan nenek-moyang bangsa-bangsa ini, mengapa patung mereka itu dipasang di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat ?
Berdasarkan keterangan tersebut dalam kitab Bible ditambah dengan bukti sejarah yang dilengkapi dengan dua patung di London, sudah dapat dipastikan bahwa Ya'juj wa-Ma'juj bukanlah nama khayalan, melainkan nama dua suku bangsa yang mendiami Benua Eropa, dan yang seluruhnya menutupi dataran Eropa. Menilik tanda-tanda yang terang tentang identitas bangsa-bangsa itu, maka apa yang diuraikan dalam Al-Qur'an bahwa Ya'juj wa-Ma'juj akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi, ini tak dapat diartikan lain selain bahwa bangsa-bangsa Eropa akan menguasai seluruh muka bumi.
Bahkan kalimat "kulli hadabin" yang artinya tiap-tiap tempat tinggi ini menunjukkan, bahwa mereka bukan saja unggul dalam bidang fisik, melainkan pula dalam bidang intelektuil, sehingga bangsa-bangsa lain di dunia bukan saja diperbudak jasmaninya, melainkan pula rohaninya. Jadi, Al-Qur'an memberi gambaran yang nyata kepada kita tentang merajalelanya kekuasaan politik dan kebudayaan Eropa di seluruh dunia, dan runtuhnya ummat Islam pada akhir zaman; kenyataan ini memang aneh, tetapi ini membuktikan seterang-terangnya akan kebenaran Islam.
"Dan lagi datanglah firman Tuhan kepadaku, bunyinya: Hai anak Adam! Tujukkanlah mukamu kepada Juj dan tanah majuj, raja Rus, Masekh dan Tubal, dan bernubuatlah akan halnya. Katakanlah: Demikianlah firman Tuhan Hua. Bahwasanya Aku membalas kepadamu kelak, hai Juj, raja Rus, masekh dan Tubal. Dan kubawa akan dikau berkeliling dan kububuh kait pada rahangmu ... "
Di sini Juj diuraikan seterang-terangnya, dan Juj di sini adalah sama dengan Ya'juj dalam Al-Qur'an. Dia dikatakan sebagai raja Rusia, Moscow dan Tubal. Adapun Majuj (Ma'juj), hanya dikatakan "tanah Ma'juj".
Tiga nama yang disebutkan dalam kitab Bible ialah: Rus atau Rusia, Masekh atau Moscow, dan Tubal atau Tobolsk. Rusia adalah nama negara, sedangkan Omask dan Tubal adalah nama dua sungai di sebelah Utara pegunungan Kaukasus. Pada sungai Omask terletak kota Moscow, dan pada sungai Tubal terletak kota Tobolsk; dua-duanya merupakan kota Rusia yang termasyur. Mengingat terangnya gambaran ini, maka tak diragukan lagi siapa Ya'juj itu.
Jadi terang sekali bahwa Juj ialah Russia, tempat kediaman bangsa Slavia. Adapun Ma'juj adalah negara itu juga. Jadi di satu fihak, Juj dikatakan sebagai raja Rusia, di lain fihak, ia digambarkan mendiami tanah Majuj. Rusia terletak di Eropa. Penduduk Eropa terdiri dari dua pokok suku-bangsa, yaitu Slavia dan Teutonia. Bangsa Teutonia meliputi bangsa Britis dan bangsa Jerman. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa Juj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Timur (Slavia), sedangkan Majuj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Barat, yaitu bangsa Teutonia.
Dan terang pula bahwa dua bangsa ini mula-mula sekali mendiami tanah yang sama. Boleh jadi, Juj dan Majuj adalah nama atau julukan nenek-moyang dua bangsa ini. Hal ini dibuktikan adanya kenyataan bahwa patung Ya'juj dan ma'juj itu sejak zaman dahulu sudah berdiri di depan Guildhall di London yang termasyur. Jika dua nama itu tak ada hubungannya dengan nenek-moyang bangsa-bangsa ini, mengapa patung mereka itu dipasang di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat ?
Berdasarkan keterangan tersebut dalam kitab Bible ditambah dengan bukti sejarah yang dilengkapi dengan dua patung di London, sudah dapat dipastikan bahwa Ya'juj wa-Ma'juj bukanlah nama khayalan, melainkan nama dua suku bangsa yang mendiami Benua Eropa, dan yang seluruhnya menutupi dataran Eropa. Menilik tanda-tanda yang terang tentang identitas bangsa-bangsa itu, maka apa yang diuraikan dalam Al-Qur'an bahwa Ya'juj wa-Ma'juj akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi, ini tak dapat diartikan lain selain bahwa bangsa-bangsa Eropa akan menguasai seluruh muka bumi.
Bahkan kalimat "kulli hadabin" yang artinya tiap-tiap tempat tinggi ini menunjukkan, bahwa mereka bukan saja unggul dalam bidang fisik, melainkan pula dalam bidang intelektuil, sehingga bangsa-bangsa lain di dunia bukan saja diperbudak jasmaninya, melainkan pula rohaninya. Jadi, Al-Qur'an memberi gambaran yang nyata kepada kita tentang merajalelanya kekuasaan politik dan kebudayaan Eropa di seluruh dunia, dan runtuhnya ummat Islam pada akhir zaman; kenyataan ini memang aneh, tetapi ini membuktikan seterang-terangnya akan kebenaran Islam.
Bab 06 : DAJJAL MENURUT Al-HADITS
Ada beberapa masalah penting yang harus diingat sehubungan dengan gambaran Dajjal yang termuat dalam Al-Hadits. Yang pertama ialah bahwa ramalan Nabi Muhammad SAW tentang munculnya Dajjal itu didasarkan atas kasyaf (visiun). Sebuah Hadits sahih dari Nawas bin Sam'an mengenai Dajjal, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidhi, terdapat kata-kata sbb:
"Seakan-akan ia (Dajjal) mirip dengan "Abdul-'Uzza". Kata seakan-akan ini terang sekali menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menggambarkan keadaan yang beliau lihat dalam visiun (kasyaf); hal ini memberi keyakinan kepada kita bahwa ramalan beliau mengenai Dajjal itu berasal dari kasyaf atau ru'yah. Tetapi pada waktu menceritakan ramalan-ramalan itu, biasanya tak diterangkan bahwa kenyataan itu dilihat dalam kasyaf atau ru'yah.
Apa-apa yang dilihat dalam ru'yah (kasyaf) itu biasanya harus ditafsirkan. Al-Qur'an sendiri menceritakan beberapa impian, yang artinya berlainan sekali dengan arti kalimatnya. Misalnya, dalam mimpi Nabi Yusuf melihat matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud kepada beliau. Tetapi arti impian ini yang sesungguhnya ialah bahwa Allah akan menaikkan derajat dan kedudukan beliau.
Selanjutnya dalam mimpi Raja melihat tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi gemuk. Adapun artinya ialah simpanan gandum selama tujuh tahun musim baik akan habis dimakan dalam tujuh tahun musim kering.
Dalam Hadits juga diriwayatkan impian Nabi Muhammad yang artinya berlainan sekali dengan kejadian yang dilihat dalam mimpi. Misalnya, dua gelang yang beliau lihat dalam mimpi, artinya, dua nabi palsu; tangan panjang artinya dermawan. Selain itu, pada umumnya orang mengakui bahwa ramalan-ramalan itu dibungkus dengan kalam ibarat.
Oleh karena itu, apa yang nomor satu harus diingat sehubungan dengan ramalan-ramalan tentang Dajjal, ialah bahwa ramalan itu penuh dengan kalam ibarat. Selanjutnya, karena ramalan itu tak berhubungan dengan Hukum Syari'at, maka akan mengalami dua macam kesukaran.
Pertama, orang-orang yang menceritakan ramalan itu kurang begitu hati-hati terhadap penyimpanan sabda yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai masalah ini, seperti hati-hati mereka terhadap penyimpanan sabda beliau mengenai Hukum Syari'at.
Kedua, oleh karena tak ada alat untuk mengetahui arti yang sebenarnya dari ramalan itu, sebelum ini menjadi kenyataan, maka tak jarang terjadi bahwa ucapan Nabi Muhammad SAW itu keliru ditangkapnya, sehingga kesan yang keliru ini mengakibatkan adanya penambahan dan perubahan dalam Hadits itu.
"Seakan-akan ia (Dajjal) mirip dengan "Abdul-'Uzza". Kata seakan-akan ini terang sekali menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menggambarkan keadaan yang beliau lihat dalam visiun (kasyaf); hal ini memberi keyakinan kepada kita bahwa ramalan beliau mengenai Dajjal itu berasal dari kasyaf atau ru'yah. Tetapi pada waktu menceritakan ramalan-ramalan itu, biasanya tak diterangkan bahwa kenyataan itu dilihat dalam kasyaf atau ru'yah.
Apa-apa yang dilihat dalam ru'yah (kasyaf) itu biasanya harus ditafsirkan. Al-Qur'an sendiri menceritakan beberapa impian, yang artinya berlainan sekali dengan arti kalimatnya. Misalnya, dalam mimpi Nabi Yusuf melihat matahari, bulan dan sebelas bintang bersujud kepada beliau. Tetapi arti impian ini yang sesungguhnya ialah bahwa Allah akan menaikkan derajat dan kedudukan beliau.
Selanjutnya dalam mimpi Raja melihat tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi gemuk. Adapun artinya ialah simpanan gandum selama tujuh tahun musim baik akan habis dimakan dalam tujuh tahun musim kering.
Dalam Hadits juga diriwayatkan impian Nabi Muhammad yang artinya berlainan sekali dengan kejadian yang dilihat dalam mimpi. Misalnya, dua gelang yang beliau lihat dalam mimpi, artinya, dua nabi palsu; tangan panjang artinya dermawan. Selain itu, pada umumnya orang mengakui bahwa ramalan-ramalan itu dibungkus dengan kalam ibarat.
Oleh karena itu, apa yang nomor satu harus diingat sehubungan dengan ramalan-ramalan tentang Dajjal, ialah bahwa ramalan itu penuh dengan kalam ibarat. Selanjutnya, karena ramalan itu tak berhubungan dengan Hukum Syari'at, maka akan mengalami dua macam kesukaran.
Pertama, orang-orang yang menceritakan ramalan itu kurang begitu hati-hati terhadap penyimpanan sabda yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai masalah ini, seperti hati-hati mereka terhadap penyimpanan sabda beliau mengenai Hukum Syari'at.
Kedua, oleh karena tak ada alat untuk mengetahui arti yang sebenarnya dari ramalan itu, sebelum ini menjadi kenyataan, maka tak jarang terjadi bahwa ucapan Nabi Muhammad SAW itu keliru ditangkapnya, sehingga kesan yang keliru ini mengakibatkan adanya penambahan dan perubahan dalam Hadits itu.
Bab 07 : KEMENANGAN GEREJA ITU SAMA DENGAN FITNAHNYA DAJJAL
MENURUT AL-QUR'AN DAN AL-HADITS
MENURUT AL-QUR'AN DAN AL-HADITS
Sebagaimana kami terangkan di muka, Al-Qur'an tak menyebutkan nama Dajjal secara khusus. Tetapi dalam Hadits sahih diterangkan bahwa barang siapa membaca surat al-Kahfi, ia akan diselamatkan dari fitnahnya Dajjal, padahal surat ini khusus membahas agama Nasrani dan ajarannya yang palsu. Terutama sekali sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat ini, khusus dibahas kepercayaan dan kegiatan bangsa-bangsa Kristen. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa rnenurut Al-Qur'an, f'itnahnya Dajjal itu hanya sebutan lain saja bagi kemenangan agama Nasrani. Dengan perkataan lain, apa yang digambarkan dalam Hadits sebagai fitnahnya Dajjal itu tiada lain hanyalah kemenangan agama Nasrani.
Dengan suara bulat semua kitab Hadits mengumumkan bahwa fitnahnya Dajjal adalah fitnah yang paling besar, sampai-sampai kaum Muslimin diajarkan agar pada tiap-tiap shalat berdo'a kepada Allah untuk diselamatkan dari fitnahnya Dajjal: "Ya Allah, aku mohon perlindungan Dikau dari fitnahnya Masih ad-Dajjal". Selanjutnya diterangkan pula dalam Hadits bahwa setiap Nabi memperingatkan ummatnya terhadap fitnahnya Dajjal. Dalam Hadits dinyatakan seterang-terangnya sbb:
"Tak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal, sejak terciptanya Adam hingga Hari Kiamat".
Semua kitab Hadits sama pendapatnya tentang hal ini, dan peringatan ini diulang berkali-kali dalam berbagai bentuk kalimat. Oleh karena itu timbullah pertanyaan, mengapa Al-Qur'an tak membicarakan peristiwa yang digambarkan dengan tegas oleh Nabi Muhammad SAW sebagai fitnah yang paling besar?
Sebelum kami menjawab pertanyaan ini, baiklah kami periksa labih dahulu sifat dua macam fitnah yang kaum Muslimin diperingatkan akan terjadi pada akhir zaman. Pertama tentang fitnahnya Ya'juj wa-Ma'juj, ini diuraikan seterang-terangnya, baik dalam Al-Qur'an maupun dalam Hadits; akan tetapi Al-Qur-an tak menerangkan tentang Dajjal, melainkan sebagai penggantinya, Al-Qur'an hanya menerangkan fitnah besar berupa ajaran Kristen tentang Ketuhanan nabi 'Isa. Dengan kata-kata yang tegas, Al-Qur'an mencela ajaran ini sebagai fitnah yang paling besar bagi manusia:
"Langit hampir-hampir pecah dan bumi membelah dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka mengakukan seorang putra kepada Tuhan Yang Maha-pemurah" (19:90-91)
Selanjutnya Al-Qur'an menerangkan, bahwa ajaran semacam itu tak pernah diajarkan oleh nabi 'Isa. bahkan sebenarnya, ajaran itu bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh nabi 'Isa.
"Tatkala Allah berfirman: Wahai 'Isa anak Maryam, apakah engkau berkata kepada manusia ambillah aku dan ibuku sebagai Tuhan selain Allah ? la ('Isa) berkata: Maha suci Engkau, tak pantas bagiku mengatakan sesuatu yang aku tak berhak mengatakan itu… Aku tak berkata kepada mereka selain apa yang Engkau perintahkan kepadaku, yakni mengabdilah kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu" (5:116-117).
Jadi menurut Al-Qur'an, ajaran tentang Ketuhanan nabi 'Isa tak diajarkan oleh beliau, melainkan diajarkan oleh Anti-christ atau Dajjal. Walaupun Al-Qur'an tak menyebut-nyebut nama Dajjal, namun Al-Qur'an membicarakan ajaran Dajjal yang sesat berupa ajaran Kristen tentang Putra Allah.
Jika kami memperhatikan Hadits yang bersangkutan, inipun membenarkan apa yang tersebut di atas. Dalam hubungan ini, hal yang mula-pertama menarik perhatian kami ialah, bahwa Hadits yang menerangkan turunnya al-Masih, hampir semuanya memikulkan satu tugas kepada beliau, yakni "mematahkan kayu palang" (yaksirus-saliba).
Jarang sekali Hadits yang menerangkan, bahwa beliau ditugaskan untuk membunuh Dajjal. Hal ini memang aneh jika diingat bahwa menurut Hadits, fitnahnya Dajjal itu fitnah yang paling besar di dunia. Fitnah ini hanya akan disingkirkan oleh tangan Masih-Mau'ud. Akan tetapi pada waktu membicaraka turunnya al-Masih, Hadits hanya menerangkan bahwa tugas beliau yang paling besar ialah mematahkan kayu palang; ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa mematahkan kayu palang adalah sama artinya dengan membunuh Dajjal.
Sungguh mengesankan sekali bahwa manakala Hadits menerangkan fitnah zaman akhir, maka fitnah yang paling besar adalah fitnahnya Dajjal; tetapi manakala Hadits menerangkan obat yang dapat memberantas fitnah itu, maka hanya disebut patahnya kayu palang. Mengingat bahwa tugas utama Masih-Mau'ud ialah mematahkan kayu palang, maka teranglah bahwa fitnahnya Dajjal dan merajalelanya agama Kristen adalah, dua sebutan belaka bagi satu idee yang sama.
Dengan suara bulat semua kitab Hadits mengumumkan bahwa fitnahnya Dajjal adalah fitnah yang paling besar, sampai-sampai kaum Muslimin diajarkan agar pada tiap-tiap shalat berdo'a kepada Allah untuk diselamatkan dari fitnahnya Dajjal: "Ya Allah, aku mohon perlindungan Dikau dari fitnahnya Masih ad-Dajjal". Selanjutnya diterangkan pula dalam Hadits bahwa setiap Nabi memperingatkan ummatnya terhadap fitnahnya Dajjal. Dalam Hadits dinyatakan seterang-terangnya sbb:
"Tak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal, sejak terciptanya Adam hingga Hari Kiamat".
Semua kitab Hadits sama pendapatnya tentang hal ini, dan peringatan ini diulang berkali-kali dalam berbagai bentuk kalimat. Oleh karena itu timbullah pertanyaan, mengapa Al-Qur'an tak membicarakan peristiwa yang digambarkan dengan tegas oleh Nabi Muhammad SAW sebagai fitnah yang paling besar?
Sebelum kami menjawab pertanyaan ini, baiklah kami periksa labih dahulu sifat dua macam fitnah yang kaum Muslimin diperingatkan akan terjadi pada akhir zaman. Pertama tentang fitnahnya Ya'juj wa-Ma'juj, ini diuraikan seterang-terangnya, baik dalam Al-Qur'an maupun dalam Hadits; akan tetapi Al-Qur-an tak menerangkan tentang Dajjal, melainkan sebagai penggantinya, Al-Qur'an hanya menerangkan fitnah besar berupa ajaran Kristen tentang Ketuhanan nabi 'Isa. Dengan kata-kata yang tegas, Al-Qur'an mencela ajaran ini sebagai fitnah yang paling besar bagi manusia:
"Langit hampir-hampir pecah dan bumi membelah dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka mengakukan seorang putra kepada Tuhan Yang Maha-pemurah" (19:90-91)
Selanjutnya Al-Qur'an menerangkan, bahwa ajaran semacam itu tak pernah diajarkan oleh nabi 'Isa. bahkan sebenarnya, ajaran itu bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh nabi 'Isa.
"Tatkala Allah berfirman: Wahai 'Isa anak Maryam, apakah engkau berkata kepada manusia ambillah aku dan ibuku sebagai Tuhan selain Allah ? la ('Isa) berkata: Maha suci Engkau, tak pantas bagiku mengatakan sesuatu yang aku tak berhak mengatakan itu… Aku tak berkata kepada mereka selain apa yang Engkau perintahkan kepadaku, yakni mengabdilah kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kamu" (5:116-117).
Jadi menurut Al-Qur'an, ajaran tentang Ketuhanan nabi 'Isa tak diajarkan oleh beliau, melainkan diajarkan oleh Anti-christ atau Dajjal. Walaupun Al-Qur'an tak menyebut-nyebut nama Dajjal, namun Al-Qur'an membicarakan ajaran Dajjal yang sesat berupa ajaran Kristen tentang Putra Allah.
Jika kami memperhatikan Hadits yang bersangkutan, inipun membenarkan apa yang tersebut di atas. Dalam hubungan ini, hal yang mula-pertama menarik perhatian kami ialah, bahwa Hadits yang menerangkan turunnya al-Masih, hampir semuanya memikulkan satu tugas kepada beliau, yakni "mematahkan kayu palang" (yaksirus-saliba).
Jarang sekali Hadits yang menerangkan, bahwa beliau ditugaskan untuk membunuh Dajjal. Hal ini memang aneh jika diingat bahwa menurut Hadits, fitnahnya Dajjal itu fitnah yang paling besar di dunia. Fitnah ini hanya akan disingkirkan oleh tangan Masih-Mau'ud. Akan tetapi pada waktu membicaraka turunnya al-Masih, Hadits hanya menerangkan bahwa tugas beliau yang paling besar ialah mematahkan kayu palang; ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa mematahkan kayu palang adalah sama artinya dengan membunuh Dajjal.
Sungguh mengesankan sekali bahwa manakala Hadits menerangkan fitnah zaman akhir, maka fitnah yang paling besar adalah fitnahnya Dajjal; tetapi manakala Hadits menerangkan obat yang dapat memberantas fitnah itu, maka hanya disebut patahnya kayu palang. Mengingat bahwa tugas utama Masih-Mau'ud ialah mematahkan kayu palang, maka teranglah bahwa fitnahnya Dajjal dan merajalelanya agama Kristen adalah, dua sebutan belaka bagi satu idee yang sama.
Bab 08 : MENGAPA DAJJAL DISEBUT AL-MASIH
Sebenarnya jika orang mau berpikir sejenak saja, pasti akan menemukan kebenaran, mengapa Dajjal disebut Masihid-Dajjal. Mengapa Dajjal disebut al-Masih? Karena Dajjal selalu menunaikan tugasnya atas nama "al-Masih", yang julukan ini diberikan oleh Allah kepada nabi 'Isa berdasarkan wahyu-Nya. Diberikannya julukan al-Masih kepada Dajjal menunjukkan, bahwa Dajjal akan menunaikan pekerjaan atas nama orang suci ini, dan inilah sebenarnya yang menyebabkan dia disebut Dajjal atau penipu, karena ia menggunakan nama "al-Masih", seorang Nabi dan hamba Allah yang tulus, tetapi ia berbuat sesuatu yang bertentangan sama sekali dengan ajaran beliau.
Al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa Allah itu Esa, dan tak ada Tuhan selain Dia yang wajib disembah; tetapi Dajjal mengangkat nabi 'Isa itu sendiri sebagai Tuhan. Selanjutnya, al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa semua Nabi adalah hamba Allah yang tulus, tetapi Dajjal mengutuk semua Nabi yang suci sebagai orang berdosa. Mengapa demikian ? Karena jika para Nabi Utusan Allah ini tak dikutuk sebagai orang berdosa, maka tak perlu timbul Putra Allah yang tak berdosa, untuk menebusi dosa sekalian manusia.
Selanjutnya, al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa setiap orang akan mendapat ganjaran atau hukuman sesuai perbuatan yang ia lakukan, tetapi Dajjal yang berkedok al-Masih mengajarkan bahwa Putra Allah sudah cukup menebusi dosa ummat Kristen. Al-Masih 'Isa mengajarkan bahwa orang kaya tak dapat masuk dalam kerajaan Surga, tetapi Dajjal yang mengaku-ngaku al-Masih mengajarkan supaya manusia menumpuk-numpuk kekayaan. Singkatnya, kitab-kitab Hadits menggunakan julukan "Al-Masihid Dajjal" hanyalah untuk menjelaskan, bahwa Dajjal adalah nama lain belaka bagi agama Kristen sekarang ini. Nama Al-Masih dan agama al-Masih hanyalah digunakan sebagai kedok untuk menutupi penipuan (dajala) yang ada di belakang itu.
Bab 09 : HADITS TENTANG DAJJAL
Hadits tentang Dajjal adalah banyak sekali, dan diriwayatkan oleh sejumlah besar Sahabat Nabi, sehingga tak perlu dipersoalkan lagi tentang mutawatir-nya; walaupun masih perlu dipersoalkan tentang terpenuhinya ramalan itu secara terperinci. Hadits-hadits itu termuat dalam kitab-kitab Hadits yang amat sahih, bahkan yang termuat dalam kitab Bukhari dan Muslim tak sedikit jumlahnya.
Hadits tentang Dajjal yang termuat dalam Musnad Imam Ahmad bin Hambal berjumlah seratus, dan di antara yang meriwayatkan Hadits; terdapat sahabat kenamaan, seperti sayyidina Abubakar, 'Ali, Siti 'Aisyah, Sa'd bin Abi Waqqas; Abdullah bin Abbas, Abdullah bin 'Umar, Abdullah bin 'Amr, Abu Hurairah, Abu Said Khudri, Anas bin Malik, Jabir, Hisyam bin Amir, Samrah bin Jundab, Ubayya bin Ka'b, Safinah, Imran bin Husain, Nawas bin Sam'an, Ummu Syarik, Fatimah binti Qais, Ubadah bin Samit, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Asma' binti Yazid, dan Mughirah bin Syu'bah.
Masih banyak Sahabat lagi yang meriwayatkan Hadits tentang Dajjal. Para Sahabat ini semua sependapat bahwa Nabi Muhammad SAW berulang-ulang menceritakan Dajjal, hingga tak perlu diragukan lagi tentang adanya kenyataan bahwa sumber yang mengalirkan ramalan itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri.
Hadits tentang Dajjal yang termuat dalam Musnad Imam Ahmad bin Hambal berjumlah seratus, dan di antara yang meriwayatkan Hadits; terdapat sahabat kenamaan, seperti sayyidina Abubakar, 'Ali, Siti 'Aisyah, Sa'd bin Abi Waqqas; Abdullah bin Abbas, Abdullah bin 'Umar, Abdullah bin 'Amr, Abu Hurairah, Abu Said Khudri, Anas bin Malik, Jabir, Hisyam bin Amir, Samrah bin Jundab, Ubayya bin Ka'b, Safinah, Imran bin Husain, Nawas bin Sam'an, Ummu Syarik, Fatimah binti Qais, Ubadah bin Samit, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Asma' binti Yazid, dan Mughirah bin Syu'bah.
Masih banyak Sahabat lagi yang meriwayatkan Hadits tentang Dajjal. Para Sahabat ini semua sependapat bahwa Nabi Muhammad SAW berulang-ulang menceritakan Dajjal, hingga tak perlu diragukan lagi tentang adanya kenyataan bahwa sumber yang mengalirkan ramalan itu adalah Nabi Muhammad SAW sendiri.
Bab 10 : APAKAH DAJJAL ITU ORANG ATAUKAH BANGSA ?
Memang benar bahwa kebanyakan Hadits menggambarkan seakan-akan Dajjal itu orang yang bermata satu, yang di dahinya terdapat tulisan Arab yang terdiri dari huruf kaf, fa' dan ra' (atau kafara, artinya kafir), dan yang membawa keledai, sungai dan api. Tetapi jika Hadits-hadits itu kita cocokkan dengan uraian Al-Qur'an, maka akan nampak dengan jelas, bahwa Dajjal bukanlah nama orang, melainkan suatu bangsa, atau lebih tepat lagi, segolongan bangsa.
Dengan tegas Al-Qur'an mempersamakan Dajjal dengan bangsa-bangsa Kristen, dan lagi, Al-Qur'an menyatakan bahwa Dajjal dan Ya'juj wa-Ma'juj bukanlah dua jenis makhluk yang berlainan, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka itu disebutkan bersama-sama.
Kami juga mempunyai bukti dari kitab Bible yang menerangkan, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj adalah bangsa-bangsa Eropa. Dengan demikian teranglah bahwa Dajjal juga berarti bangsa. Sebagaimana telah kami terangkan di muka, fitnah Dajjal itu bersumber pada menangnya agama Kristen.
Ada sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang membuktikan bahwa Dajjal itu bukan orang melainkan bangsa, sebagaimana Roma dan Persi yang diuraikan dalam Hadits itu bukanlah tempat melainkan bangsa. Hadits itu berbunyi sbb:
"Rasulullah SAW bersabda: Kamu akan bertempur dengan Jazirah Arab, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu, lalu kamu akan bertempur dengan Persi, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertampur dengan Roma, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertempur dengan Dajjal, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu".
Di sini pertempuran dengan Dajjal diuraikan dengan kalimat yang sama seperti pertempuran dengan Arab, Persi dan Roma. Ini menunjukkan bahwa Dajjal adalah bangsa, seperti halnya Arab, Persi dan Roma. Boleh jadi yang diisyaratkan di sini ialah Perang Salib, tetapi mungkin pula mengisyaratkan peristiwa yang terjadi di dunia pada zaman sekarang. Namun satu hal sudah pasti, yakni bahwa menurut Hadits ini, Dajjal berarti bangsa atau segolongan bangsa; seperti halnya Persi atau Roma.
Tetapi masih saja harus dijelaskan, mengapa dalam Hadits dijelaskan seakan-akan Dajjal itu orang. Sebagaimana telah kami terangkan, semua ramalan Nabi Suci itu didasarkan pada ru'yah atau kasyaf (visiun), dan dalam ru'yah atau kasyaf, suatu bangsa hanya digambarkan sebagai orang-seorang. Sebenarnya, bangsa itu dikenal dari ciri-cirinya; dan dalam ru'yah, ciri-ciri ini hanya dapat diperlihatkan dalam bentuk orang-seorang. Bahkan dalam bahasa sehari-hari, bangsa itu diajak bicara bagaikan orang. Misalnya, Al-Qur'an mengajak bicara bangsa Israil, seakan-akan bangsa Israil itu orang. Bacalah misalnya, ayat Al-Qur'an berikut ini:
"Wahai kaum Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kamu, dan bahwa Aku memuliakan kamu di atas sekalian bangsa" (2:47).
Kaum Bani Israil yang diperingatkan di sini ialah mereka yang hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW, tetapi peristiwa yang dimaksud ialah yang terjadi pada zaman nabi Musa, atau beberapa abad sesudah beliau. Kenikmatan yang teruraikan dalam ayat ini telah diberikan, kepada kaum Bani Israil zaman dahulu, tetapi ayat Al-Qur'an ini ditujukan kepada kaum Bani Israil zaman sekarang yang sedang dalam keadaan hina dan suram. Tetapi seluruh kaum Bani Israil ini dikatakan bagaikan satu orang.
Demikianlah seluruh bangsa Dajjal diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam ru'yah bagaikan satu orang, padahal Dajjal seperti yang digambarkan oleh Al-Qur'an menunjukkan bahwa Dajjal adalah segolongan bangsa yang ciri-ciri khasnya sudah dikenal.
Dengan tegas Al-Qur'an mempersamakan Dajjal dengan bangsa-bangsa Kristen, dan lagi, Al-Qur'an menyatakan bahwa Dajjal dan Ya'juj wa-Ma'juj bukanlah dua jenis makhluk yang berlainan, karena fitnah yang ditimbulkan oleh mereka itu disebutkan bersama-sama.
Kami juga mempunyai bukti dari kitab Bible yang menerangkan, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj adalah bangsa-bangsa Eropa. Dengan demikian teranglah bahwa Dajjal juga berarti bangsa. Sebagaimana telah kami terangkan di muka, fitnah Dajjal itu bersumber pada menangnya agama Kristen.
Ada sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang membuktikan bahwa Dajjal itu bukan orang melainkan bangsa, sebagaimana Roma dan Persi yang diuraikan dalam Hadits itu bukanlah tempat melainkan bangsa. Hadits itu berbunyi sbb:
"Rasulullah SAW bersabda: Kamu akan bertempur dengan Jazirah Arab, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu, lalu kamu akan bertempur dengan Persi, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertampur dengan Roma, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu; lalu kamu akan bertempur dengan Dajjal, dan Allah akan memberi kemenangan kepada kamu".
Di sini pertempuran dengan Dajjal diuraikan dengan kalimat yang sama seperti pertempuran dengan Arab, Persi dan Roma. Ini menunjukkan bahwa Dajjal adalah bangsa, seperti halnya Arab, Persi dan Roma. Boleh jadi yang diisyaratkan di sini ialah Perang Salib, tetapi mungkin pula mengisyaratkan peristiwa yang terjadi di dunia pada zaman sekarang. Namun satu hal sudah pasti, yakni bahwa menurut Hadits ini, Dajjal berarti bangsa atau segolongan bangsa; seperti halnya Persi atau Roma.
Tetapi masih saja harus dijelaskan, mengapa dalam Hadits dijelaskan seakan-akan Dajjal itu orang. Sebagaimana telah kami terangkan, semua ramalan Nabi Suci itu didasarkan pada ru'yah atau kasyaf (visiun), dan dalam ru'yah atau kasyaf, suatu bangsa hanya digambarkan sebagai orang-seorang. Sebenarnya, bangsa itu dikenal dari ciri-cirinya; dan dalam ru'yah, ciri-ciri ini hanya dapat diperlihatkan dalam bentuk orang-seorang. Bahkan dalam bahasa sehari-hari, bangsa itu diajak bicara bagaikan orang. Misalnya, Al-Qur'an mengajak bicara bangsa Israil, seakan-akan bangsa Israil itu orang. Bacalah misalnya, ayat Al-Qur'an berikut ini:
"Wahai kaum Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kamu, dan bahwa Aku memuliakan kamu di atas sekalian bangsa" (2:47).
Kaum Bani Israil yang diperingatkan di sini ialah mereka yang hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW, tetapi peristiwa yang dimaksud ialah yang terjadi pada zaman nabi Musa, atau beberapa abad sesudah beliau. Kenikmatan yang teruraikan dalam ayat ini telah diberikan, kepada kaum Bani Israil zaman dahulu, tetapi ayat Al-Qur'an ini ditujukan kepada kaum Bani Israil zaman sekarang yang sedang dalam keadaan hina dan suram. Tetapi seluruh kaum Bani Israil ini dikatakan bagaikan satu orang.
Demikianlah seluruh bangsa Dajjal diperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam ru'yah bagaikan satu orang, padahal Dajjal seperti yang digambarkan oleh Al-Qur'an menunjukkan bahwa Dajjal adalah segolongan bangsa yang ciri-ciri khasnya sudah dikenal.
Bab 11 : GAMBARAN DAJJAL MENURUT AL-HADITS
Segala macam keistimewaan yang kami lihat pada peradaban Barat sekarang ini, semuanya cocok dengan ciri-ciri Dajjal yang dilihat oleh Nabi Muhammad SAW dalam ru'yah. Memang benar bahwa bangsa-bangsa ini mempunyai sedikit perbedaan satu sama lain, tetapi ada satu hal yang semuanya sama. Dan ciri yang sama inilah yang digambarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam memberi gambaran tentang Dajjal.
Kami hanya akan mengutip Hadits-hadits yang menguraikan ciri-ciri Dajjal. Marilah kita mulai dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
1. "Dan aku melihat orang yang berambut ikal pendek, yang mata-kanannya buta Aku bertanya: Siapakah ini? Lalu dijawab, bahwa ia adalah Masihid - Dajjal" (Bukhari 77:68,92)
2. "Awas! dia pecak (buta sebelah)… dan diantara dua matanya, tertulis 'Kafir'…" (Bukhari 93:27).
Dari gambaran tersebut dapatlah kami catat:
1. Bahwa mengenai bentuknya, Dajjal digambarkan berbadan kekar.
2. Bahwa roman-mukanya putih dan mengkilat.
3. Bahwa rambut kepalanya pendek dan ikal.
Tiga gambaran ini cocok sekali derigan bentuk orang-orang Eropa pada umumnya. Mereka itu pada umumnya berbadan kekar; bertubuh baik dan kuat; rambutnya pendek dan ikal, sampai-sampai wanitanya pun memotong pendek rambutnya; kulit mereka putih dan mengkilat. Jadi, gambaran tentang ciri-ciri Dajjal tersebut, cocok sekali dengan perwujudan orang-orang Eropa.
Adapun dua ciri lainnya, yakni, bahwa mata kanan Dajjal buta, dan pada dahinya tertulis kaf, fa'dan ra' atau kaflr, ini menggambarkan keadaan rohani Dajjal yang sebenarnya. Sebagaimana telah kami terangkan, Dajjal menggambarkan suatu bangsa. Sebagai bangsa, tak mungkin semuanya buta mata jasmaninya.
Selain itu, Dajjal yang digambarkan buta mata kanannya, mata-kiri Dajjal digambarkan bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Dengan perkataan lain, mata-kanan Dajjal digambarkan hilang cahayanya, tetapi mata-kirinya bersinar terang. Penjelasan yang diberikan oleh Imam Raghib tentang mata Dajjal yang buta sebelah kanannya, sungguh ilmiyah sekali. Pada waktu menjelaskan arti kata al-Masih, beliau menerangkan bahwa kata masaha berarti menghapus sesuatu, lalu beliau menambahkan keterangan sbb:
"Diriwayatkan bahwa mata-kanan Dajjal hilang penglihatannya, sedangkan nabi 'Isa mata-kiri beliaulah yang hilang penglihatannya; dan ini berarti bahwa Dajjal tak mempuyai sifat-sifat akhlak tinggi, seperti misalnya kearifan, kebijaksanaan dan rendah hati; sedangkan nabi 'Isa tak mempunyai kejahilan, keserakahan, kerakusan dan sebagainya yang termasuk jenis akhlak yang rendah".
Jadi, gambaran Dajjal buta mata-kanannya janganlah ditafsirkan secara harfiyah, melainkan secara kalam ibarat, yakni harus diartikan bahwa Dajjal tak mempunyai akhlak yang baik.
Bahwa dua mata manusia itu, yang satu digunakan untuk melihat hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian dan agama, dan yang satu lagi digunakan untuk melihat hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan keduniaan. Oleh karena hal-hal yang berhubungan dengan agama dan kerohanian itu lebih tinggi kedudukannya daripada hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan keduniaan, maka buta mata kanan Dajjal berarti bahwa Dajjal sedikit sekali perhatiannya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan agama atau kerohanian, dan ini cocok sekali dengan apa yang dialami oleh bangsa-bargsa Eropa sekarang ini.
Seluruh parhatian mereka ditujukan kepada hal-hal yang berhubungan dangan kebendaan dan keduniaan dan kemajuan mereka dalam bidang ini tak ada bandingannya. Inilah yang dimaksud dengan apa yang diuraikan dalam Hadits, bahwa mata-kiri Dajjal bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Artinya, Dajjal mampu melihat segala macam barang-barang duniawi, yang bangsa-bangsa lain tak mempunyai pengertian tentang itu. Tetapi mata rohani Dajjal tak mempunyai penglihatan yang tajam, karena semua kekuatan Dajjal dihabiskan guna kepentingan urusan duniawi. Sukses Dajjal yang tak ada taranya dalam urusan duniawi mengakibatkan buta sebelah. Penjelasan ini sungguh mengagumkan dan cocok sekali dengan apa yang dikatakan oleh Al-Qur'an tentang bangsa-bangsa Kristen:
"Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka amat pandai dalam membuat barang-barang" (18:104)
Hadits Nabi melukiskan hal ini dengan kalam ibarat, bahwa mata kiri Dajjal, yaitu, mata-duniawi bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Adapun keadaan rohani bangsa-bangsa Dajjal Allah berfirman sbb:
"Mereka adalah orang-orang yang mengkafiri ayat Tuhan, dan (mengakhiri) perjumpaan dengan Dia" (18 : 105).
Hadits Nabi menjelaskan hal ini dengan caranya sendiri, yaitu, bahwa mata-kanan Dajjal tak mempunyai kekuatan untuk melihat ayat Tuhan.
Tanda Dajjal yang lain, yakni tulisan kafara atau kafir pada dahinya ini berkenaan pula dengan keadaan rohaninya. Jika orang berkata, bahwa pada dahi seseorang terdapat tulisan anu, ini sama artinya dengan mengatakan, bahwa anu itu adalah fakta senyata-nyatanya bagi dia. Maka dari itu, uraian Hadits bahwa pada dahi Dajjal terdapat tulisan kafir, ini hanyalah berarti bahwa kekafiran itu merupakan kenyataan yang senyata-nyatanya bagi dia.
Kata-kata Hadits itu sendiri sudah menerangkan; bahwa demikian itulah nyatanya. Pertama-tama, Hadits menerangkan bahwa tiap-tiap mukmin dapat membaca tulisan itu; jadi bukan tiap-tiap orang dapat membaca tulisan itu. Lalu ditambahkan kata penjelasan tentang orang mukmin itu, yakni, "baik ia buta huruf atau mengerti tulis menulis." Artinya, tiap-tiap orang mukmin dapat memahami tulisan itu, baik ia mengerti tulis-menulis atau tidak.
Sudah terang, bahwa tulisan yang dapat dibaca oleh tiap-tiap orang mukmin, baik ia mengerti tulis-menulis atau buta huruf, tak mungkin berwujud kata-kata atau huruf. Jika tulisan itu berwujud kata-kata atau huruf, niscaya tak dipersoalkan lagi apakah pembacanya mukmin atau kafir, demikian pula tak perlu dinyatakan bahwa orang mukmin dapat membaca tulisan itu sekalipun ia buta-huruf.
Kepandaian membaca tulisan, tak ada sangkut pautnya dengan urusan iman. Setiap orang yang tak buta huruf pasti dapat membaca tulisan, sedangkan orang buta huruf, sekalipun ia orang mukmin sejati, ia tetap tak dapat membaca tulisan. Oleh karena itu, tulisan yang dimaksud bukanlah tulisan biasa, melainkan menifestasinya perbuatan seseorang. Pernyataan bahwa tulisan itu hanya dapat dibaca oleh orang mukmin saja, ini berarti, bahwa orang kafir tak pernah sadar akan kekafirannya, sehingga membutuhkan mata orang mukmin untuk membaca buruknya kekafiran mereka.
Kami hanya akan mengutip Hadits-hadits yang menguraikan ciri-ciri Dajjal. Marilah kita mulai dengan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :
1. "Dan aku melihat orang yang berambut ikal pendek, yang mata-kanannya buta Aku bertanya: Siapakah ini? Lalu dijawab, bahwa ia adalah Masihid - Dajjal" (Bukhari 77:68,92)
2. "Awas! dia pecak (buta sebelah)… dan diantara dua matanya, tertulis 'Kafir'…" (Bukhari 93:27).
Dari gambaran tersebut dapatlah kami catat:
1. Bahwa mengenai bentuknya, Dajjal digambarkan berbadan kekar.
2. Bahwa roman-mukanya putih dan mengkilat.
3. Bahwa rambut kepalanya pendek dan ikal.
Tiga gambaran ini cocok sekali derigan bentuk orang-orang Eropa pada umumnya. Mereka itu pada umumnya berbadan kekar; bertubuh baik dan kuat; rambutnya pendek dan ikal, sampai-sampai wanitanya pun memotong pendek rambutnya; kulit mereka putih dan mengkilat. Jadi, gambaran tentang ciri-ciri Dajjal tersebut, cocok sekali dengan perwujudan orang-orang Eropa.
Adapun dua ciri lainnya, yakni, bahwa mata kanan Dajjal buta, dan pada dahinya tertulis kaf, fa'dan ra' atau kaflr, ini menggambarkan keadaan rohani Dajjal yang sebenarnya. Sebagaimana telah kami terangkan, Dajjal menggambarkan suatu bangsa. Sebagai bangsa, tak mungkin semuanya buta mata jasmaninya.
Selain itu, Dajjal yang digambarkan buta mata kanannya, mata-kiri Dajjal digambarkan bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Dengan perkataan lain, mata-kanan Dajjal digambarkan hilang cahayanya, tetapi mata-kirinya bersinar terang. Penjelasan yang diberikan oleh Imam Raghib tentang mata Dajjal yang buta sebelah kanannya, sungguh ilmiyah sekali. Pada waktu menjelaskan arti kata al-Masih, beliau menerangkan bahwa kata masaha berarti menghapus sesuatu, lalu beliau menambahkan keterangan sbb:
"Diriwayatkan bahwa mata-kanan Dajjal hilang penglihatannya, sedangkan nabi 'Isa mata-kiri beliaulah yang hilang penglihatannya; dan ini berarti bahwa Dajjal tak mempuyai sifat-sifat akhlak tinggi, seperti misalnya kearifan, kebijaksanaan dan rendah hati; sedangkan nabi 'Isa tak mempunyai kejahilan, keserakahan, kerakusan dan sebagainya yang termasuk jenis akhlak yang rendah".
Jadi, gambaran Dajjal buta mata-kanannya janganlah ditafsirkan secara harfiyah, melainkan secara kalam ibarat, yakni harus diartikan bahwa Dajjal tak mempunyai akhlak yang baik.
Bahwa dua mata manusia itu, yang satu digunakan untuk melihat hal-hal yang berhubungan dengan kerohanian dan agama, dan yang satu lagi digunakan untuk melihat hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan keduniaan. Oleh karena hal-hal yang berhubungan dengan agama dan kerohanian itu lebih tinggi kedudukannya daripada hal-hal yang berhubungan dengan kebendaan dan keduniaan, maka buta mata kanan Dajjal berarti bahwa Dajjal sedikit sekali perhatiannya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan agama atau kerohanian, dan ini cocok sekali dengan apa yang dialami oleh bangsa-bargsa Eropa sekarang ini.
Seluruh parhatian mereka ditujukan kepada hal-hal yang berhubungan dangan kebendaan dan keduniaan dan kemajuan mereka dalam bidang ini tak ada bandingannya. Inilah yang dimaksud dengan apa yang diuraikan dalam Hadits, bahwa mata-kiri Dajjal bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Artinya, Dajjal mampu melihat segala macam barang-barang duniawi, yang bangsa-bangsa lain tak mempunyai pengertian tentang itu. Tetapi mata rohani Dajjal tak mempunyai penglihatan yang tajam, karena semua kekuatan Dajjal dihabiskan guna kepentingan urusan duniawi. Sukses Dajjal yang tak ada taranya dalam urusan duniawi mengakibatkan buta sebelah. Penjelasan ini sungguh mengagumkan dan cocok sekali dengan apa yang dikatakan oleh Al-Qur'an tentang bangsa-bangsa Kristen:
"Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka amat pandai dalam membuat barang-barang" (18:104)
Hadits Nabi melukiskan hal ini dengan kalam ibarat, bahwa mata kiri Dajjal, yaitu, mata-duniawi bersinar gemerlapan bagaikan bintang. Adapun keadaan rohani bangsa-bangsa Dajjal Allah berfirman sbb:
"Mereka adalah orang-orang yang mengkafiri ayat Tuhan, dan (mengakhiri) perjumpaan dengan Dia" (18 : 105).
Hadits Nabi menjelaskan hal ini dengan caranya sendiri, yaitu, bahwa mata-kanan Dajjal tak mempunyai kekuatan untuk melihat ayat Tuhan.
Tanda Dajjal yang lain, yakni tulisan kafara atau kafir pada dahinya ini berkenaan pula dengan keadaan rohaninya. Jika orang berkata, bahwa pada dahi seseorang terdapat tulisan anu, ini sama artinya dengan mengatakan, bahwa anu itu adalah fakta senyata-nyatanya bagi dia. Maka dari itu, uraian Hadits bahwa pada dahi Dajjal terdapat tulisan kafir, ini hanyalah berarti bahwa kekafiran itu merupakan kenyataan yang senyata-nyatanya bagi dia.
Kata-kata Hadits itu sendiri sudah menerangkan; bahwa demikian itulah nyatanya. Pertama-tama, Hadits menerangkan bahwa tiap-tiap mukmin dapat membaca tulisan itu; jadi bukan tiap-tiap orang dapat membaca tulisan itu. Lalu ditambahkan kata penjelasan tentang orang mukmin itu, yakni, "baik ia buta huruf atau mengerti tulis menulis." Artinya, tiap-tiap orang mukmin dapat memahami tulisan itu, baik ia mengerti tulis-menulis atau tidak.
Sudah terang, bahwa tulisan yang dapat dibaca oleh tiap-tiap orang mukmin, baik ia mengerti tulis-menulis atau buta huruf, tak mungkin berwujud kata-kata atau huruf. Jika tulisan itu berwujud kata-kata atau huruf, niscaya tak dipersoalkan lagi apakah pembacanya mukmin atau kafir, demikian pula tak perlu dinyatakan bahwa orang mukmin dapat membaca tulisan itu sekalipun ia buta-huruf.
Kepandaian membaca tulisan, tak ada sangkut pautnya dengan urusan iman. Setiap orang yang tak buta huruf pasti dapat membaca tulisan, sedangkan orang buta huruf, sekalipun ia orang mukmin sejati, ia tetap tak dapat membaca tulisan. Oleh karena itu, tulisan yang dimaksud bukanlah tulisan biasa, melainkan menifestasinya perbuatan seseorang. Pernyataan bahwa tulisan itu hanya dapat dibaca oleh orang mukmin saja, ini berarti, bahwa orang kafir tak pernah sadar akan kekafirannya, sehingga membutuhkan mata orang mukmin untuk membaca buruknya kekafiran mereka.
Bab 12 : TEMPAT TINGGAL DAJJAL PADA ZAMAN NABI
Sebuah Hadits menerangkan, bahwa pada suatu hari sehabis salat berjama'ah, Nabi Muhammad SAW menahan para Sahabat dan berkata sbb : "Tamim Dari, seorang Kristen yang memeluk Islam, ia menceritakan kepadaku tentang Dajjal, yang cocok dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kamu". Lalu beliau menceritakan ceritera Tamim Dari sbb :
"Pada suatu hari ia berlayar dengan beberapa orang dari kabilah Lakhm dan Judham. Setelah berlayar sebulan lamanya, mereka mendarat di sebuah pulau, dimana mereka berjumpa untuk pertama kali dengan seekor makhluk yang aneh, yang menamakan dirinya Jassassh (makna aslinya mata-mata). Jassasah memberitahukan kepada mereka tentang seorang laki-laki yang tinggal dalam Gereja. Kemudian mereka mengunjungi orang itu dalam Gereja, yang nampak seperti raksasa, yang tangannya diikat pada lehernya, dan kakinya diikat dengan rantai, dari lutut hingga mata-kaki. Mereka bercakap-cakap dengan orang ini, yang tiba-tiba ia bertanya kepada mereka tentang Nabi SAW, dan ia mengakhiri percakapannya dengan ucapan: 'Aku adalah Masihid Dajjal, dan aku berharap semoga aku segera dibebaskan, lalu aku dapat menjelajahi seluruh dunia, kecuali Makkah dan Madinah".
Satu hal yang sudah pasti ialah bahwa seluruh ceritera ini bukanlah kejadian biasa, melainkan sebuah visiun (ru'yah). Adapun bukti bahwa kejadian itu terjadi dalam ru'yah ialah adanya kenyataan bahwa Dajjal bertanya kepada mereka sbb: "Ceriterakanlah kepadaku tentang Nabi bangsa Ummi (bangsa Arab), apakah yang ia kerjakan".
Pertanyaan mereka dijawab sbb: "Beliau meninggalkan Makkah dan sampai di Madinah". Dalam Hadits lain, Dajjal diriwayatkan bertanya sbb: "Orang ini yang muncul di antara kamu, apakah yang ia kerjakan?" (Kanzul-Ummal jilid VII, hal 2024).
Bagaimana mungkin Dajjal tahu bahwa Nabi bangsa Arab telah muncul? Apakah Dajjal telah menerima wahyu? Sudah barang tentu tidak. Dan pula tak mungkin bahwa ini adalah perkara terkaan.
Kejadian-kejadian lain yang diceriterakan dalam Hadits ini, semuanya menguatkan pendapat bahwa ini terjadi dalam ru'yah. Misalnya, siapakah yang mengikat tangan Dajjal pada lehernya? Siapakah yang mengikat kakinya dengan rantai? Bolehkah kami mengira bahwa Dajjal dilahirkan dalam keadaan demikian? Mengapa jassasah tidak melepas rantai Dajjal? Segala persoalan yang rumit ini hanya dapat dipecahkan apabila kami menganggap ceritera ini berasal dari ru'yah Tamim Dari.
Segala sesuatu yang diketahui oleh Nabi Suci yang berhubungan dengan masalah ini juga berlandaskan ru'yah. Allah tak pernah membawa beliau ke sebuah pulau, dan menyuruh beliau melihat Dajjal dengan mata-kepala sendiri. Sebaliknya, hanya melalui ru'yah sajalah, beliau melihat sifat-sifat Dajjal. Beliau menyajikan ru'yah Tamim Dari ini, sekedar untuk memperkuat apa yang diketahui oleh beliau dalam ru'yah sebagaimana beliau menceriterakan juga impian para Sahabat lainnya. Hadits ini memberi petunjuk kepada kita, di mana tempat-tinggal Dajjal :
1. Ia bertinggal di sebuah pulau.
2. Letak pulau ini sejauh satu bulan pelayaran dari Syria.
Masih ada satu lagi yang orang dapat ketahui dari Hadits ini, yakni, bahwa pada zaman Nabi, Dajjal sudah ada, tetapi ia belum diizinkan keluar. Hal ini akan kami uraikan nanti dengan panjang-lebar.
Dua catatan tersebut di atas memberi petunjuk seterang-terangnya akan tempat-tinggal Dajjal. Sudah terang bahwa Eropa didiami pula oleh bangsa-bangsa lain, tetapi bangsa Inggris mempunyai kekuasaan dan kebesaran yang tak pernah jatuh di tangan bangsa lain di benua itu. Itulah sebabnya mengapa benua Barat disebutkan secara khusus sebagai tempat-tinggal Dajjal.
"Pada suatu hari ia berlayar dengan beberapa orang dari kabilah Lakhm dan Judham. Setelah berlayar sebulan lamanya, mereka mendarat di sebuah pulau, dimana mereka berjumpa untuk pertama kali dengan seekor makhluk yang aneh, yang menamakan dirinya Jassassh (makna aslinya mata-mata). Jassasah memberitahukan kepada mereka tentang seorang laki-laki yang tinggal dalam Gereja. Kemudian mereka mengunjungi orang itu dalam Gereja, yang nampak seperti raksasa, yang tangannya diikat pada lehernya, dan kakinya diikat dengan rantai, dari lutut hingga mata-kaki. Mereka bercakap-cakap dengan orang ini, yang tiba-tiba ia bertanya kepada mereka tentang Nabi SAW, dan ia mengakhiri percakapannya dengan ucapan: 'Aku adalah Masihid Dajjal, dan aku berharap semoga aku segera dibebaskan, lalu aku dapat menjelajahi seluruh dunia, kecuali Makkah dan Madinah".
Satu hal yang sudah pasti ialah bahwa seluruh ceritera ini bukanlah kejadian biasa, melainkan sebuah visiun (ru'yah). Adapun bukti bahwa kejadian itu terjadi dalam ru'yah ialah adanya kenyataan bahwa Dajjal bertanya kepada mereka sbb: "Ceriterakanlah kepadaku tentang Nabi bangsa Ummi (bangsa Arab), apakah yang ia kerjakan".
Pertanyaan mereka dijawab sbb: "Beliau meninggalkan Makkah dan sampai di Madinah". Dalam Hadits lain, Dajjal diriwayatkan bertanya sbb: "Orang ini yang muncul di antara kamu, apakah yang ia kerjakan?" (Kanzul-Ummal jilid VII, hal 2024).
Bagaimana mungkin Dajjal tahu bahwa Nabi bangsa Arab telah muncul? Apakah Dajjal telah menerima wahyu? Sudah barang tentu tidak. Dan pula tak mungkin bahwa ini adalah perkara terkaan.
Kejadian-kejadian lain yang diceriterakan dalam Hadits ini, semuanya menguatkan pendapat bahwa ini terjadi dalam ru'yah. Misalnya, siapakah yang mengikat tangan Dajjal pada lehernya? Siapakah yang mengikat kakinya dengan rantai? Bolehkah kami mengira bahwa Dajjal dilahirkan dalam keadaan demikian? Mengapa jassasah tidak melepas rantai Dajjal? Segala persoalan yang rumit ini hanya dapat dipecahkan apabila kami menganggap ceritera ini berasal dari ru'yah Tamim Dari.
Segala sesuatu yang diketahui oleh Nabi Suci yang berhubungan dengan masalah ini juga berlandaskan ru'yah. Allah tak pernah membawa beliau ke sebuah pulau, dan menyuruh beliau melihat Dajjal dengan mata-kepala sendiri. Sebaliknya, hanya melalui ru'yah sajalah, beliau melihat sifat-sifat Dajjal. Beliau menyajikan ru'yah Tamim Dari ini, sekedar untuk memperkuat apa yang diketahui oleh beliau dalam ru'yah sebagaimana beliau menceriterakan juga impian para Sahabat lainnya. Hadits ini memberi petunjuk kepada kita, di mana tempat-tinggal Dajjal :
1. Ia bertinggal di sebuah pulau.
2. Letak pulau ini sejauh satu bulan pelayaran dari Syria.
Masih ada satu lagi yang orang dapat ketahui dari Hadits ini, yakni, bahwa pada zaman Nabi, Dajjal sudah ada, tetapi ia belum diizinkan keluar. Hal ini akan kami uraikan nanti dengan panjang-lebar.
Dua catatan tersebut di atas memberi petunjuk seterang-terangnya akan tempat-tinggal Dajjal. Sudah terang bahwa Eropa didiami pula oleh bangsa-bangsa lain, tetapi bangsa Inggris mempunyai kekuasaan dan kebesaran yang tak pernah jatuh di tangan bangsa lain di benua itu. Itulah sebabnya mengapa benua Barat disebutkan secara khusus sebagai tempat-tinggal Dajjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar