Dua orang penyelam tradisional temukan keris dan kacip (pengupas/pemotong buah pinang) raksasa sepanjang 1,5 meter disungai Kapuas, tepatnya di bawah jembatan Pulau Telo, Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas.
Warga Kelurahan Murung Keramat, pada Kamis (9/7) lalu, digegerkan dengan penemuan keris dan kacip atau pisau pembelah buah pinang raksasa oleh dua orang penyelam tradisional yakni Wawan (21) dan Yanto (28) warga RT 2 berbentuk keris itu memiliki ukiran-ukiran unik di pangkalnya, namun gagang keris tersebut tidak ada. Demikian juga dengan kacip, bagian ujungnya berbentuk menyerupai burung tingang ciri khas Dayak Kalteng.
Menurut Wawan sang penemu benda keramat tersebut, terdapat beberapa kejanggalan ketika para pengunjung ada yang berani menyentuh keris tersebut, tangan mereka seperti kaku ketika menyentuh besi-besi yang diperkirakan telah berumur 300 tahun lamanya. Karena itu, Wawan pun belum berminat untuk menjual keris dan kacip raksasa hasil temuannya itu. “Yang ingin membeli sih banyak, cuma saya tak berniat menjualnya dulu, karena saya belum mendapatkan petunjuk, baik dari mimpi maupun bisikan gaib,” katanya….
Ada Hubungan dengan Sejarah Kerajaan Batagu
Kesimpulan sementara, senjata tradisional khas Indonesia itu berkaitan dengan Kerajaan Bataguh yang diyakini pernah berdiri di Kapuas. ”Saat itu, Kerajaan Bataguh dipimpin Nyai Undang,” ungkap Manli, salah seorang tokoh adat Dayak. Bentuknya memang bukan senjata khas warga Dayak, Kalimantan Tengah.
Diperkirakan, senjata tersebut ikut tenggelam bersama kapal yang bisa jadi menyerang Kerajaan Bataguh. Peperangan itu diperkirakan terjadi sekitar 1400 Masehi. ”Kerajaan Bataguh mempunyai luasan yang besar di Kapuas, dan Pulau Telo adalah salah satunya,” ujar Manli.
Dia menjelaskan, sebelumnya juga pernah ditemukan meriam di Sungai Kapuas dan tidak jauh dari Pulau Telo. Tepatnya di Mandomai, Kecamatan Kapuas Barat. Temuan tersebut memperkuat analisis sejarah tentang adanya peperangan Kerajaan Bataguh dengan orang asing.
Di ujung keris raksasa yang ditemukan itu terdapat tujuh lubang. Konon, lubang tersebut menunjukkan bahwa keris itu sudah memakan nyawa orang. ”Seperti halnya senjata khas Dayak mandau, apabila terdapat lubang di ujungnya, itu menandakan bahwa senjata tersebut pernah menghilangkan nyawa seseorang,” ujarnya.
Ketua Dewan Adat Dayak Kabupaten Kapuas Anggie Ruhan menyatakan hal yang sama. Dia juga menduga adanya kaitan antara keris tersebut dan Kerajaan Bataguh. Kedua benda itu diperkirakan berumur 300 tahun lebih.
Dikatakan, penemu benda itu disebut ”ketuahan” (keberuntungan) dalam bahasa Dayak karena tidak semua orang bisa mendapatkan. ”Benda tersebut mempunyai daya magis. Biasanya sang penemu Keris merupakan orang terpilih,” katanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar