Ini sebenarnya hanyalah sebuah wacana ringan. Waktu itu di sebuah pasar tradisional gw mendengar 2 orang yang sedang sibuk ngobrol.
“Urang geus dapet 2000an anyar (Aku udah dapet 2000an baru), Alus Euy!” orang 1,
“Cik, kumaha gambarna wang liat!” orang 2,
Orang 1 menunjukkan 2000 barunya dengan bangga ke orang 2. Dengan spontan orang 2 menanggapi, “Aya Pahlawan’na deui (ada pahlawannya lagi)”.
Mendengarkan obrolan mereka berdua, membuat gw tersenyum sendiri. Kala itu yang ada di pikiran gw adalah ternyata Pahlawan Indonesia yang paling tinggi nilai jasanya dipandang dari matanya si uang yaitu perjuangannya Soekarno Hatta, soalnya keduanya muncul di mata uang Rupiah 100rban (karena munculnya ber2 jd nilainya juga di bagi 2, jd seorang 50rb – 50rb.. hehehehe). Sedangkan Supratman pencipta lagu Indonesia Raya harus puas dengan nilai 50rb Rupiah saja, yah setidaknya sepantar dengan Soekarno Hatta kan?
Spoiler for Soekarno-Hatta = Rp100.000:
Lalu dimanakah posisi pejuang wanita Republik kita jika ditinjau dari sudut pandang matanya si uang? Tjut Nyak Dien menjadi wakil dari pejuang wanita Republik ini yang diberi nilai 10rb oleh matanya si uang (lebih rendah dari Ki Hajar Dewantara yang nampak sudah tua di matanya si uang), namun sayang posisinya segera tergeser oleh sosok Sultan Mahmud Badaruddin 2. Maka hingga saat ini mata uang Rupiah kita sedang kekosongan akan sosok perempuan yang tangguh.
Spoiler for Tjut Nyak Dien = Rp10.000:
Spoiler for Sultan Mahmud Badaruddin 2 = Rp10.000:
Masih banyak lagi tokoh – tokoh pejuang kita yang menjadi icon di mata uang Rupiah kita tercinta baik yang seri lama maupun yang seri baru-baru ini. Sebenarnya memunculkan pahlawan dalam mata uang itu merupakan salah satu bentuk penghargaan bangsa ini terhadap jasa – jasa mereka selain mendirikan patung pahlawan, monument perjuangan ataupun memberikan nama jalan sesuai dengan nama pahlawan-pahlwan kita.
Namun hal tersebut akan sangat menggelitik ketika gw melihat seorang bocah menggenggam uang Rupiah pecahan 1000an yang sudah teramat buluk untuk ditukarkan oleh jajanan pinggir jalan. Kasihan Pattimura! Selain buluk, matanya si uang juga hanya menilainya 1000 Rupiah saja, padahal dia tergolong pemberani lho, hanya bermodalkan golok ditangannya. Selain paling sering buluk, terkadang pahlawan-pahlawan kita di mata uang juga sering disandingkan dengan coretan – coretan yang merusak keindahan mata uang itu, misalnya saja tiba – tiba muncul nomer telepon seseorang disamping kepalanya si Pattimura. Huh… sangat menggelitik. Hehehehe….
Spoiler for Pattimura = Rp1000:
Spoiler for Pattimura = Rp1000 kusam:
Quote:
Gw tidak bermaksud menghina ataupun mengejek akan sebuah perihal. Tapi lewat tulisan ini, gw ingin mengajak kita semua untuk mengingat dan menghargai pahlawan kita secara sungguh – sungguh dan utuh (walaupun dulu pelajaran sejarah salah satu pelajaran yang bikin eneg..heheheh) agar pahlawan – pahlawan kita tidaklah sekedar menunggu giliran untuk muncul di lembar mata uang Rupiah kita yang lemah. |
Oya, jadi mulai sekarang gak ada salahnya kan kita menjaga kerapihan uang – uang di dompet kita? Biar pahlawan – pahlawan yang tergambar di uang kita tidak tampak buluk juga. Hehehehe…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar