Bocah 4 Tahun Hidupnya Tergantung Dari Darah Orang Lain

Jamie Andrews


Nasib bocah empat tahun ini sungguh memprihatinkan. Ia menderita kelainan genetic yang aneh, harus transfuse darah setiap dua minggu agar tetap hidup. Jamie Andrews, nama bocah malang ini, menderita kelainan kromosom yang dalam bahasa medis disebut diamond blackfan anemia (DBA).
Setiap dua pekan sekali ia harus mendapat tambahan darah baru untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Sejauh ini telah 93 liter darah dari 100 orang donor yang telah menyumbang untuk kelangsungan hidup Jamie. Tranfusi darah ini harus terus dilakukan sampai ia mendapat transplantasi sumsum tulang.
Hidup Jamie sejauh ini sangat tergantung pada darah baru. Tanpa itu, oksigen tidak akan bisa bekerja dalam tubuh Jamie, dan ia akan koma dan mati. Begitu yang disampaikan dokter atas kondisi medis bocah ini. Itu sebabnya, orangtuanya bukan saja berjuang mengupayakan kesembuhan anaknya, tapi juga mendapatkan donor darah baginya.
Sarah Allen, 30, Ibu Jamie, mengatakan, meski kondisinya demikian, ia berusaha agar anaknya bisa hidup normal dan bisa beraktivitas seperti bocah lain pada umumnya. Meski kadang hatinya miris melihat anaknya yang tampak kelelahan setelah menjalani tranfusi."Dia anak kecil yang hebat, Dia tidak membiarkan hal (penyakitnya) mengalahkannya. Ia telah banyak menerima tranfusi darah dari banyak orang. Kita menyebut kata transfuse seperti kebanyakan orang menggunakan kata sarapan, saking seringnya," ungkap Sarah.
Tapi, Jamie, ujar Sarah, mencoba untuk tegar. Saat ia dalam keadaan baik, ia berusaha hidup normal. "Dia lucu dan pintar. Ketika ia dalam keadaan baik, dia sberjalan berkeliling dan menari," ujar Sarah tersenyum. Tapi ia akan kelihatan berbeda setelah transfuse. "Biasanya, selama satu minggu, atau lebih, setelah transfuse, ia terlihat lesu, dan kehilangan nafsu makan," tambah Sarah.

Jamie Andrews

"Kami harus menjaganya sepanjang waktu, jangan sampai ada yang berubah. Sedikit saja suhu badannya berubah, itu menunjukkan ada masalah serius, dan Jamie harus segera ke rumah sakit," tuturnya.
Jadi bisa dibayangkan, betapa beratnya beban orangtua Jamie. Mereka bukan hanya prihatin dengan nasib anak kesayangannya, tapi harus stand by sepanjang waktu, mengamati agar tidak ada yang berubah pada anaknya.
"Kondisinya selalu lemah, maka ketika ia kelihatan membaik, kami berusaha memberinya kesempatan untuk dapat hidup normal. Dia dapat bermain, seperti anak-anak sehat umumnya. Apa yang ingin dia lakukan, kami biarkan, namun tetap dalam pengawasan. Ketika ia sakit-sakitan dulu, kami kira kami akan kehilangan dia, tapi dia sanggup bertahan," papar Sarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar